Keberhasilan Bagas/ Fikri dalam All England 2022, tak ubahnya slogan kuno yang mengatakan vini, vidi, vici. Keduanya menyajikan sejuta kejutan di turnamen paling tua dan bergengsi di dunia bulutangkis. Berangkat dari non unggulan, berakhir dengan gelar juara. Persis dengan semboyan vini, vidi, vici tersebut.
Tak dapat disangkal, namanya pun naik ke langit ketujuh, ibaratnya. Rangking mereka pun melesat 7 level, kini menduduki peringkat 21 WBF. Nominal hadiah yang diterima, enggak usah ditanyalah. Namun yang lebih penting, kini mereka menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan. Terutama dunia bulutangkis.
Kemenangan yang tak pernah diduga sama sekali, walaupun tidak diakui oleh keduanya, tetap menjadi beban. Setiap langkah dan aksi mereka, pasti langsung menjadi sorotan public. Lengkap dengan beragam komentar yang telah disiapkan, seperti saat mereka berlaga di Swiss Open kali ini. Dan ini menjadi salah satu resiko yang harus mereka terima.
Dalam laga semalam, nasib Bagas/ Fikri tak ubahnya bumi dengan langit dengan saat di All England. Kali ini mereka harus turun ke bumi lagi pasca dikalahkan oleh pasangan India, Satwiksairaj/ Chirag Shetty, dengan rubeer game. Kekalahan di babak awal ini, berarti menutup peluang juara bagi Bagas/ Fikri.
Secara hitung-hitungan, seharusnya mereka mampu mengatasi pasangan India ini. Pasalnya kedua pasangan ini menjadi korban The Minnions, sedangkan The Minnions takluk di tangan Bagas/ Fikri. Tapi kembali lagi, olah raga bukan masalah hitung-hitungan semata. Banyak factor yang ada di dalamnya. Â Seperti apa yang terjadi dalam laga tadi malam.
Kekalahan keduanya perlu ditanggapi dengan wajar-wajar saja, tidak perlu dihujat atau dicaci-maki. Sebab semua itu butuh proses. Perjalanan Bagas/ Fikri masih jauh. Ibarat orang bertualang, mereka baru melewati pintu gerbang sebuah belantara. Belantara itu adalah dunia bulutangkis yang telah dihuni oleh para pendekar bulutangkis yang telah lama malang-melintang.
Bagas/ Fikri masih perlu konsistensi. Mereka masih harus mematangkan diri lewat berbagai laga yang harus mereka lewati, sehingga menang atau pun kalah, menjadi sarana meningkatkan kompetensi mereka, sekaligus menguji konsistensi mereka. Syukur-syukur mereka mampu menyamai atau bahkan melampaui ukiran prestasi para senior. Tentu saja dengan kerja keras.
Lembah Tidar, 24 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H