Ungkapan ini muncul spontan saat obrolan pagi kami nyrempet ke All England 2022. Kabar dari salah seorang teman, kalau Bagas/ Fikri mampu menundukkan unggulan 3 Hoki/ Kobayashi membuat kami tersenyum. Dan mungkin senyum ini pula yang tersungging di bibir Herry IP, sang pelatih.
Senyum kami tambah lebar saat Ahsan/ Hendra pun melaju. Meski sempat diganggu sedikit masalah, keduanya mampu menundukkan unggulan kelima dari Denmark. Dan bukan main-main, cukup dengan permainan 2 game.
Nah kalau untuk Minnions, gak usah ditanya. Rekor pertemuan 10 - 0 melawan pasangan India sudah jadi bekal memadai. Meski pafa walnya sempat terbawa alur pasangan India  akhirnya mampu mengatasinya. Permainsn cepat dengan bola drive, terbukti merepotkan pasangan dengan tinggi 185 cm ini.
Membicarakan ketiganya, ada yang menarik dengan 3 semi finalis ini. Mereka datang dari 3 generasi yang berbeda. Artinya jika sebuah keluarga, mereka seakan anak beranak. Ahsan/ Hendra adalah orang tua mereka, Kevin/ Marcus anak sulung, sedangkan Bagas/ Fikri adalah si anak bungsu. Klop, kan?
Lalu apa yang menaril? Ketiganya hebat semua. Walaupun kalau diibaratkan matahari, mereka ada di ordinat berbeda. Sang orang tua sudah sekitar jam 4 sore. Artinya meski sudah menuju ke peraduan, panasnya lumayan menyengat.
Beda lagi dengan Kevin/ Markus. Ibarat matahari, mereka di posisi jam 2 siang. Meski panas, panas mereka tidak sepanas tahun sebelumnya. Permainan mereka madih gsnad, tapi umur tidak dibohongi, ada lelah fi wajah mereka.
Kondisi menarik adalah pada Bagas/ Fikti. Mereka masih jam 10 pagi. Panasnya bum terlalu menyengat. Masih butuh metangkak beberapa tingkat lagi untuk meningkayksn daya sengatnya.
Nah, itu peribaratan sebagai matahari. Giliean pemberian gelar, mungkin perlu kita beri nama Babies. Layaknya bayi, mungil, lincah dan menggemaskan. Berbeda dengan The Daddies yang nampak anggun berwibawa.
Lembah Tidar, 19 Maret 2023