Timnas Indonesia memetik hasil positif pada awal penampilannya di Piala AFF tahun ini. Skor 4 -- 2 ditorehkan di papan skor, yang menandai bahwa Indonesia menundukkan Kamboja. Dua gol Rahmat Irianto ditambah satu gol masing-masing dari Evan Dimas dan Rumakik menjadi bukti kemenangan itu.
Namun meskipun memenangkan pertandingan, rasanya kemenangan itu tidak mengesankan. Timnas yang selama ini jauh lebih unggul dalam kualitas dibandingkan Kamboja, hanya mampu bermain baik di 30 menit pertama. Selebihnya justru menjadi "bulan-bulanan" Kamboja.
Kesimpulan ini tentu saja bukan tanpa dasar. Possesion yang semula hampir menyentuh 70 %, mendadak berubah menjadi 50 -- 60 %. Hal ini ditandai dengan posisi Indonesia yang hanya berkutat di garis pertahanan. Sementara Kamboja dengan gagahnya justru mengurung kita, dengan sesekali mengirimkan ancaman lewat tendangan-tendangan mereka.
Hal ini sebenarnya tidak boleh terjadi. Bagaimanapun Kamboja tetap di bawah kita. Hal dapat dilihat dari rekor pertemua yang tidak pernah sekalipun dimenangkan oleh Kamboja. Sehingga manakala para pemain Indonesia dipaksa bertahan oleh tim sekelas Kamboja, justru menjadi pemandangan yang sangat lucu.
Posisi semacam ini diperparah dengan penyakit lama para pemain Indonesia. Apa itu? Salah dalam melakukan passing, membuang bola yang tidak tepat, dan melakukan pelanggaran di daerah pertahanan. Sehingga untuk yang ketiga itu Indonesia pun dihukum dengan gol yang memalukan. Karena tak dapat dipungkiri, jika pemain Kamboja kalah dalam open play, pasti mereka akan mempergunakan kesempatan melalui bola-bola mati. Dan itulah yang terjadi.
Sorotan lain yang tak kalah heboh adalah stamina para pemain. Nampak pada babak kedua, stamina mereka nampak merosot tajam. Maka tak heran jika akurasi operan amburadul, sekaligus tendangan-tendangan mereka hampir tanpa daya.
Situasi semacam ini tentu saja menjadi peringatan keras bagi Shin Tae-yong untuk segera berbenah. Sebab jika permainan semacam ini yang diusung, maka Indonesia pasti akan ambyar di tangan Malaysia dan Vietnam. Dan jika semuanya ambyar, maka jangan harap target juara AFF berada di pelukan.
Tapi tak apalah, barangkali alasan gugup pada pertandingan pertama dapat dijadikan alasan. Dan tentu saja alasan ini bisa diterima, jika pada pertandingan berikutnya terjadi peningkatan dalam penampilan mereka. Sehingga ibarat mesin akan semakin panas sesuai dengan lawan yang dihadapinya. Semoga!
Lembah Tidar, 9 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H