Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sorry, Saya Pegang Inggris!

2 Juli 2021   08:46 Diperbarui: 2 Juli 2021   08:49 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagu The Long and Winding Road, milik The Beatles nampaknya tidak pas bagi Three Lions kali ini. Kalau dulu sih, mungkin oke. Dalam setiap event pola, Inggris selalu di hadapkan pada situasi seperti ini. Dahaga akan gelar, nampak bagai perjalanan yang panjang.

Optimisme ini layak dijunjung berkat pencapaian luar biasa Three Lions pada babak 16 besar. Keraguan public pada fase grup, seakaan terbayar tuntas. Keraguan yang sebenarnya masuk akal. Bagaimana tidak, untuk tim sekaliber Inggris hanya mengemas 2 gol pada fase grup. Sehingga Sterling harus mengatakan bukan gol yang kami cari, yang penting menang. Sebuah pembelaan yang sederhana.

Rekor 7 kali kalah dari Der Panzer pada rangkaian pertemuan terakhit, turut menjadi keraguan public pula di babak 16 besar. Apalagi Der Panzer telah mengemas begitu banyak gol ke gawang lawan. Maka layak jika Three Lions berada di bawah tekanan besar. Tuah Wembley mungkin termasuk yang diharapkan saat itu.

Jalan lapang bagi Inggris tersaji sempurna ketika beberapan tim unggulan berguguran oleh tim non unggulan. Taruhlah Belanda yang juga merenda mimpi ke final saat lolos dari fase grup sebagai juara. Republik Ceko yang dipandang sebelah mata justru mengkandaskan Belanda dengan skor telak 2 gol tanpa balas. Secara tidak langsung Republik Ceko membentangkan karpet merah bagi Three Lions.

Secara matematis tugas Inggris hanya dua langkah. Langkah pertama menghentikan laju Ukraina. Langkah kedua menghentikan pemenang pertandingan Republik Ceko atau Denmark.  Tiga tim ini secara materi, jelas satu level di bawah Three Lions. Tentu saja kita mengesampingkan aspek-aspek kejutan yang munkin akan terjadi.

Pemandangan berbeda tersaji di kamar lain. Di kamar tersebut justru berkebalikan. Swiss menjadi satu-satunya kesebelasan yang secara kualitas di bawah, jika dibandingkan dengan Italia, Belgia dan Spanyol. Prestasi Swiss jauh dari mengkilap jika dibandingkan ketiga tim tersebut. Dalam segi apapun, Swiss tidak sebanding.

Situasi semacam ini menyebabkan akan tersaji laga yang saling menjegal antara ketiga tim unggulan. Secara hitungan, tugas Spanyol relative ringan karena "hanya" meladeni Swiss. Sementara Italia dan Belgia harus saling membantai, jika ingin melaju ke babak semifinal.

Kontrasnya peta kekuatan di kedua kamar itu menjadi gambaran yang menarik. Dan tidak berlebihan jika saya berani menulis nama Three Lions pada bagan final. Tapi kembali semua hanya berdasarkan hitungan matematis. Sebab di lapangan, semua bisa berubah. Euro 2020 secara nyata telah membuktikan semua itu. beberapa tim unggulan telah dipaksa pulang lebih awal oleh tim-tim non unggulan. Jadi maaf, kalau saya menjagokan Inggris!

Lembah Tidar, 2 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun