Nggak terasa sudah hampir setahun kita menjalani pembelajaran daring. Sebuah model pembelajaran yang mendewakan kecanggihan IT untuk sebuah proses transfer ilmu. Sekaligus menjadi lompatan terjauh dalam bidang pendidikan, minimal dalam pemanfaatan jaringan dalam pembelajaran. Masalah kualitas, gak usah dibahas dulu.
Saat pembelajaran model ini diputuskan oleh Mas Menteri, tebak siapa yang paling dahulu blingsatan? Tepat, jika jawaban anda guru. Gurulah yang akan berada di garda depan, saat pembelajaran daring diterapkan. Metode konvensional yang selama ini diagung-agungkan, harus dengan rela dibuang jauh-jauh ke tempat sampah. Pertimbangan untuk menghambat laju penularan virus China  yang bernama Covid-19, menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Kuasa Satgas Covid-19 ada pada wilayah ini. No compromise!
Akhirnya, mau tak mau para guru se-Nusantara berebut untuk menguasai berbagai model pembelajan berbasis teknologi. Mumet? Jelas, usia mereka yang rata-rata sudah tidak muda lagi menjadi kendala yang luar biasa.Â
Zona nyaman yang selama ini telah mereka rasakan, dalam sekejap mata berubah total menjadi jalan panjang yang begitu berliku seperti lagunya The Beatles, The Long and Winding Road. Dengan segala keterbatasan akhirnya semua dapat dilampaui. Pembelajaran darinng pun dapat berjalan.
Layaknya kegiatan apapun yang ada di negeri ini, hingar-bingar nampak pada awal kegiatan. Antusiasme yang ada pada pelaku, baik sang guru, murid dan orang tua siswa luar biasa hebatnya.Â
Beraneka ragam aplikasi pun diterapkan. Berbagai macam model-model pembelajaran berbasis daring laris manis. Demikian pula berbagai webinar baik yang menawarkan pelatihan penggunaan aplikasi tertentu ataupun peningkatan karir laris manis diikuti. Masalah webinar itu bearoma bisnis atau tidak, biarlah masyarakat yang menilai.
Pembelajaran daring berjalan, namun tidak mulus-mulus amat. Berbagai kendala yang ada berjalan seiring dengan pelaksanaan tersebut. Kendala baik dari orang tua, murid dan guru menjadi koor yang luar biasa merdunya. Sementara dari pemerintah pun, geleng-geleng kepala mendengar ini semua.
Mas Menteri yang digadang-gadang mampu mengangkat pendidikan negeri ini dengan pengalamannya di Gojek pun turut kebingungan. (Jujur saya juga heran, apa kaitannya peningkatan pendidikan dengan pengalaman ber-gojek ria). Salah satunya tampak dari pernyataan baahwa beliau heran dengan adanya beberapa wilayah tanah air yang masih mengalami kendala sinyal (bikin sakit perut saja karena menahan tawa).
Nah, dari segudang kendala dan keluhan selama pembelajaran daring, ternyata ada sisi yang mengejutkan. Pembelajaran daring ternyata lambat-laun menjadi sebuah permainan baru yang namanya petak umpet. He..he,,kaget kan?
Tahu sendiri petak umpet adalah permainan anak-anak yang sangat popular di negeri ini. Permainan yang menempatkan satu orang sebagai pihak yang jaga, yang lainnya bersembunyi sesuka hati. Tugas utama yang jaga adalah mencari mereka yang sembunyi dan menjaga tempat atau pangkalan.