Suka atau tidak, Ahok adalah salah satu sosok fenomenal di negeri ini. Kehadirannya selalu membangun dua kubu yang saling berseberangan. Satu pihak membela dengan segudang alasan, di pihak lainpun sama. Mereka juga akan siap menghadangnya dengan segudang atau malahan segunung alasan.
Banyak pihak yang berharap kisah ini ditutup dengan happy ending. Akhir cerita dimana Ahok kalah dalam Pilgub DKI, dan dia dinyatakan bersalah dan harus mendekam di balik jeruji penjara. Mungkin akan lain persoalannya jika Ahok hanya mendapatkan satu hukuman saja. Semisal gagal dalam Pilgub, tapi tidak dipenjara. Atau juga dia menang dalam Pilgub, tapi dinyatakan bersalah. Namun ketika kedua hal tersebut yang Ahok dapatkan, maka saat itu juga semua pihak terdiam.
Lembaran baru mulai muncul, ketika terdengar kabar bahwa Ahok segera menyelesaikan masa hukumannya. Dan seperti dapat diduga, maka bermacam spekulasipun bermunculan. Dari spekulasi dia akan menduduki jabatan menteri hingga akan menjadi calon wakil presiden. Apalagi langkah Ahok selanjutnya adalah masuk sebagai kader dalam PDI Perjuangan. Maka spekulasipun semakin liar. Berbagai gerakan penolakanpun bermunculan. Namun kembali semua hilang dengan sendirinya. Hal ini disebabkan Ahok lebih banyak diam, dan bahkan menjaga jarak dengan partai. Bahkan dia malahan melangsungkan pernikahan.
Lama tak terdengar kabar tentangnya. Tiba-tiba muncul kabar baru tentang kemungkinan jabatan Ahok dalam salah satu BUMN di bawah Erick Tohir. Kabar inipun segera bersambut dengan aneka ragam sikap yang terbelah. Pihak yang mendukung integritas Ahok, dan pihak yang mengkhawatirkan sepak terjang Ahok. Bahkan ketika jabatan komisaris Pertamina didapatkan, reaksi keras datang dari segenap karyawan Pertamina. Dengan tegas mereka menentang kehadiran Ahok dalam tubuh Pertamina. Track record Ahok saat menjabat sebagai wakil ataupun gubernur DKI yang menjadi alasan. Namun show must go on, dan akhirnya Ahokpun menduduki jabatan pada jajaran komisaris Pertamina.
Belum selesai reaksi penolakan terhadap jabatan di Pertamina, kejutan lainpun datang. Adanya bocoran bahwa kemungkinan Ahok menjabat sebagai kepala daerah pada ibu kota baru yang akan dibangun menjadi pemicu berbagai aksi tersebut. Sehingga seperti yang dahulu-dahulu, berbagai reaksipun bermunculan.Â
Perdebatan di ruang publik kembali membelah masyarakat pada dua pihak yang harus berseberangan. Bahkan dalam beberapa pernyataannya, salah satu ormas Islam menolak jika Ahok menduduki jabatan tersebut. Tuntutan tersebut merembet pada Erick Thohir sebagai menteri BUMN untuk mencopot jabatan komisaris di Pertamina dari tangan Ahok.
Berbagai reaksi tersebut menunjukkan kefenomenalan seorang Ahok. Segala gerak-geriknya mampu membelah masyarakat dalam dua kubu yang bertentangan. Dan nampaknya hal ini belum akan berhenti sampai disini.Â
Kisah ini layaknya cerita silat bersambung, yang senantiasa penuh dengan kejutan. Akan lain halnya jika Ahok mau menjadi orang biasa. Duduk manis di teras rumah ditemani istri, menikmati kudapan dan teh manis di suasana senja. Dalam posisi seperti ini, mungkin cerita bersambung ini akan berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H