Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Desakralisasi Ujian Nasional

11 Februari 2020   12:03 Diperbarui: 11 Februari 2020   12:14 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan SMA tinggal 2 bulan lagi. Ada yang berbeda dengan suasana tahun-tahun sebelumnya. Dimana saat-saat begini pasti akan muncul perdebatan yang tanpa ujung mengenai keberadaan Ujian Nasional. Masing-masing pihak mengusung setumpuk argumen untuk meyakinkan pihak yang lain. ketok palu mas Menteri nampaknya yang menjadi penyebab. Tahun ini adalah tahun terakhir pelaksanaan UNBK. Dan mulai tahun depan UNBK akan diganti dengan bentuk assesmen yang sampai hari ini belum jelas bentuknya.

Terus terang, penulis termasuk kelompok pendukung agar Ujian Nasional tetap dilaksanakan. Dan termasuk mendukung agar nilai Ujian Nasional juga disertakan sebagai formula kelulusan bagi setiap peserta didik. Permasalahan tentang prosentase yang dipergunakan, silahkan saja. Pada prinsipnya, nilai Ujian Nasional tetap diperhitungkan, tidak seperti saat ini. Kondisi saat ini Ujian Nasional hanya dihitung pada sisi keikutsertaan peserta. Sehingga berapapun nilai yang dihasilkan, sama sekali tidak diperhitungkan.

Dukungan terhadap keberadaan Ujian Nasional, tentu saja bukan dukungan yang tanpa dasar. Sebagai pihak yang langsung berhadapan dengan peserta didik, efek dari perubahan kedudukan Ujian Nasional sangat penulis rasakan. Sikap acuh tak acuh peserta didik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional nampak sekali.

Berbagai upaya sekolah untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi Ujian Nasional tidak bersambut. Bahkan jam-jam tambahan yang biasanya antusias diikuti, termasuk berbagai bimbingan tes tidak menarik minat mereka sama sekali. Dan secara nalar hal ini adalah hal yang logis. Bagaimana tidak, untuk apa mereka harus bersusah-payah hanya untuk sesuatu yang tidak menentukan.

Hal yang lebih lucu lagi adalah klaim dari pihak terkait mengenai pelaksanaan Ujian Nasional tahun yang lalu. Dikatakan bahwa tingkat kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional menurun tajam, demikian juga terhadap keadaan kejiwaan peserta didik. Para peserta didik tidak mengalami tekanan secara psikologis dalam menghadapi Ujian Nasional.

Klaim-klaim semacam ini jelas sebuah klaim yang menggelikan. Secara logika untuk apa mereka harus melepaskan sejumlah uang untuk mendapatkan kunci jawaban Ujian Nasional? Sedangkan hasil Ujian Nasional tidak menentukan kelulusan mereka. Demikian pula untuk apa mereka harus berdarah-darah untuk sesuatu yang tidak menentukan.

Kondisi di lapangan menjelang pelaksanaan Ujian Nasional justru sangat memprihatinkan. Peserta didik boleh dibilang kehilangan motivasi untuk belajar. Dalam benak mereka, ketika urusan kelulusan diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Mereka yakin pasti lulus. Merekapun telah berhitung bahwa sekolah yang mereka tempati tidak akan berani melakukan langkah-langkah yang membahayakan diri sendiri.

Nah, jika kondisi semacam in yang terjadi apa yang akan kita dapatkan pada generasi berikutnya. Berbagai kemudahan yang diberikan pada mereka justru membuat mereka menjadi generasi yang loyo. Kemudahan dalam mengakses pendidikan dengan sekolah gratis, mencari sekolah dengan sistim zonasi bahkan kelulusan yang relatif lebih mudah, justru akan menjadi bom waktu pada suatu ketika.

Bekal kompetensi mereka yang tidak memadai karena kurangnya motivasi belajar, bukan tidak mungkin justru membuat mereka sulit.bersaing dalam mencari pendidikan berikunya ataupun di lingkungan pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun