Perkembangan dan pemanfaatan teknologi belakangan ini meningkat dengan sangat signifikan, terutama di kalangan masyarakat di Indonesia. Bukanlah hal yang aneh, jika kita menemukan perlengkapan modern dan canggih, dipergunakan oleh berbagai lapisan masyarakat, dari eksekutif hingga pekerja kasar. Pemanfaatan Internet, terutama media sosial telah sedemikian merakyat, hingga tidak jarang kita mendengar istilah-istilah IT yang dipergunakan oleh masyarakat umum. Kondisi ini tentu sangat menyenangkan, meskipun jika dibandingkan dengan jumlah total seluruh penduduk Indonesia, mungkin prosentasenya masih terlalu kecil, tetapi melalui Internet negara kita mulai dikenal di dunia, meskipun sayang, kadang-kadang banyak hal negatif yang ter-ekspos.
Sejalan dengan perkembangan ini, penulis akan menyoroti satu aspek penting, yaitu tentang 'aset digital', dimana dengan semakin meningkatnya penggunaan teknologi, maka semakin banyak data, seperti : dokumen, foto, video, bahkan juga berbagai transaksi bisnis yang disimpan dalam bentuk digital.
Penulis mengindentifikasikan ada beberapa macam ancaman terhadap aset digital kita, yaitu :
1. Reliabilitas Hardware
Berbagai data digital yang kita miliki , biasa disimpan di harddisk (internal maupun eksternal), Tape, USB Disk atau DVD. Apakah kita yakin bahwa media penyimpan ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, bagaimana jika tiba-tiba rusak dan tidak bisa dibaca sama sekali, sementara data digital yang kita miliki semakin hari semakin bertambah besar. Untuk kasus ini, penulis menyarankan untuk setiap pengguna teknologi memiliki backup data (jangan hanya disimpan di satu tempat) dengan mempertimbangkan keamannya, dimana data backup harus disimpan ditempat yang aman. Alternatif terbaru adalah menyimpan data backup anda melalui teknologi yang sedang 'panas', yaitu Cloud Computing Backup.
2. Serangan Virus
Beberapa hari yang lalu, ada berita di detik tentang kecanggihan serta serangan virus ramnit, yang salah satu akibat yang ditimbulkan adalah kita tidak dapat mengakses eksternal drive (seperti harddisk eksternal ataupun flash disk), sehingga data-data yang tersimpan tidak dapat dibuka kembali. Komputer penulis juga pernah terkena virus ini, dan untungnya penulis juga menggunakan Linux (Ubuntu), dimana data-data yang tidak dapat diakses dapat diperoleh kembali pada saat dibuka melalui Linux. Salah satu alternatif terbaik untuk saat ini adalah menggunakan sistem operasi Linux, selain menggunakan berbagai jenis antivirus yang tersedia. Kelemahan antivirus adalah sistem kita menjadi lebih lambat, karena setiap ada aliran data, pasti akan dilakukan scanning.
3. Serangan Hacker
Internet telah memunculkan 'dunia baru', dimana kita bisa menemukan berbagai hal disini, termasuk juga kita bertemu dengan penjahat-penjahat maya, sehingga kita harus memproteksi diri kita dengan berperilaku yang benar pada saat kita terhubung ke Internet, misalnya : hanya mengunjungi site-site yang terpercaya, jangan melakukan transaksi penting (eBanking, transaksi, seperti : pembelian OnLine) di warnet atau komputer yang dipergunakan bersama-sama (termasuk di kantor) karena password atau pin yang kita input bisa direkam dan disalahgunakan.
Selain, ketiga hal di atas, penulis juga menemukan bahwa banyak diantara kita yang saat ini sudah terbiasa menggunakan kartu kredit atau layanan eBanking dari berbagai bank. Kartu kredit yang sedemikian mudah didapat dan verifikasi yang lemah pada saat dipergunakan sangat rawan terhadap kejahatan perbankan. Contohnya, kartu kredit atas nama saya dipakai dan ditandatangani oleh istri saya (tanda tangan tidak sama), tetap diterima dan tagihan tetap muncul tanpa ada peringatan dari bank yang bersangkutan.
Dengan kondisi-kondisi di atas, meskipun perkembangan sedemikan pesat, tetapi kita harus tetap bijaksana dan waspada menggunakan teknologi di atas, terutama untuk mengamankan aset-aset digital kita, karena apa yang kita miliki (dalam bentuk digital) bisa hilang dalam sesaat (tidak berbekas), jika kita tidak mengelolanya dengan baik.