Mohon tunggu...
Agus Setyabudi
Agus Setyabudi Mohon Tunggu... -

www.retailsoft-platinum.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semuanya Matematika

18 November 2010   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:31 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matematika merupakan bidang studi yang dalam sejarahnya, sering dianggap sebagai pelajaran yang 'menakutkan' bagi sebagian siswa karena dianggap susah, rumit dan membosankan, tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa: "Matematika merupakan akar dari semua ilmu pengetahuan", seperti yang pernah dikatakan oleh Prof Dr BJ Habibie. Dan ini terbukti, dimana hampir tidak ada pekerjaan, yang tidak melibatkan itung-itungan matematika meskipun dalam bentuk yang paling sederhana. Mengingat pentingnya matematika, sudah seharusnya orang tua memacu atau memberikan motivasi kepada anak-anak supaya mencintai matematika dalam dosis atau takaran yang tepat, jika tidak ingin mendapatkan hasil sebaliknya. Pada saat ini berbagai metode matematika berkembang dalam bentuk pelatihan / kursus , seperti : KUMON, SEMPOA, SAKAMOTO yang tersebar hingga pojok-pojok kota dan mendapat respon positif dari sebagian orang tua, bahkan ada beberapa sekolah formal yang menganjurkan muridnya untuk mengikuti salah satu metode matematika yang ada. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, biasanya sang murid akan mengikuti berbagai lomba, baik matematika umum atau matematika yang sesuai dengan metode yang dipelajarinya. Melalui lomba ini, anak-anak akan lebih terpacu untuk mempelajari matematika lebih dalam lagi. Tetapi orang tua harus bijaksana dan hati-hati, karena semangat dan niat yang 'mulia' bagi anak-anaknya justru bisa menjadi 'blunder' jika salah dalam mengambil keputusan. Mengapa demikian ?

  • Meskipun 'Matematika adalah akar dari semua ilmu pengetahuan', tetapi hidup bukan hanya matematika, dengan mengikuti beberapa les matematika, bahkan katanya ada yang mencapai puluhan (karena ingin ikut olimpiade matematika), maka orang tua telah merampas hak anak untuk belajar hal lain selain matematika, seperti : olah raga, seni, ilmu sosial dan lain-lain. Padahal dalam kehidupan nyata, '1 + 1' hasilnya belum tentu 2.
  • Orang tua harus benar-benar mengetahui, apakah anaknya benar-benar menyukai matematika, bukan karena tekanan sepihak dari orang tua, seandainya anak-anak sekarang bisa mengikuti dan berprestasi, tetap harus diberikan pertanyaan : "Apakah dia benar-benar menyukainya", karena untuk semua profesi atau pekerjaan, seseorang yang berhasil adalah yang mampu mengkombinasikan antara bisnis dengan hobi atau kesukaannya.
  • Terlalu berlebih menjadi 'benci', bisa dibayangkan jika setiap hari anak-anak harus mengikuti berbagai les matematika yang bervariasi, dan jika tidak cukup dengan kursus pada lembaga pendidikan matematika, orang tua akan mencari guru-guru les yang mumpuni (kayak cerita silat) yang mampu membawa anaknya untuk menjuarai berbagai kompetisi. Apakah anak-anak tidak merasa jenuh ?, apakah dia masih akan mencintai matematika hingga tingkat SMU ?

Matematika sangatlah penting, janganlah memberikan 'racun' kepada anak-anak sehingga dia membenci matematika, didiklah dengan wajar dan proporsional, sehingga kita dapat membentuk anak-anak seutuhnya untuk menjadi pribadi yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun