Mohon tunggu...
Agus Setiadi Sihombing
Agus Setiadi Sihombing Mohon Tunggu... Penulis - Stay humble and being life-long learner!

Mewujudkan impian dengan menghadirkan mimpi bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sinergi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika sebagai Upaya untuk Pemajuan Bangsa

1 Mei 2020   17:57 Diperbarui: 1 Mei 2020   17:55 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia sampai sekarang, peranan matematika semakin dianggap penting, baik bagi perkembangan peradaban manusia secara keseluruhan maupun bagi perkembangan setiap individu. Dalam masa di mana hubungan dan persaingan antar manusia tidak lagi terbatas hanya dalam satu negara atau satu wilayah tertentu saja (era globalisasi), peranan matematika dan pendidikan matematika menjadi semakin penting (Suwarsono, 1998).

Bahkan, matematika merupakan salah satu indikator dalam pengukuran kualitas literasi yang secara tidak langsung menjadi salah satu tolok ukur kualitas pendidikan yang selanjutnya digunakan untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia di seluruh dunia. Pada banyak kasus, negara maju selalu identik dengan kualitas matematika rakyatnya yang mumpuni.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Pengertian itu belum bisa dikatakan luas dan mencakup semua perbendaharaan makna akan matematika. Oleh sebab itu, banyak orang dan teori yang mendefinisikan makna atau pengertian sebenarnya matematika sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Beberapa definisi tersebut dapat dilihat antara lain:

1. Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi (Ruseffendi, 1993).

2. Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan berpola pikir deduktif (Soejadi, 2000).

3. Matematika adalah ilmu tentang kuantitas (Franklin, 2009).  

4. Matematika adalah suatu ilmu pengukuran tidak langsung, bagaimana menentukan jumlah yang tidak dapat diukur secara langsung (Comte, 1851).

5. Matematika adalah suatu ilmu yang menggambarkan bagaimana penarikan suatu kesimpulan (Eves, 1997).

Matematika memiliki sistem dan konsep yang dapat diaplikasikan pada cabang ilmu pengetahuan yang lain. Keberadaan matematika sangat penting sebagai alat bantu dalam memecahkan masalah pada berbagai bidang ilmu, seperti bidang astronomi, bidang pengembangan teknologi, bidang perbankan, bidang ekonomi, bidang perdagangan, bahkan dalam bidang antropologi. Melalui konsep matematika, pengetahuan atau permasalahan konkret dibawa ke bentuk abstrak (sesuai karakteristik matematika) melalui pendefinisian variabel dan parameter sesuai yang ingin disajikan untuk mempermudah analisis dan evaluasi selanjutnya.
 
Sebagai ilmu pengetahuan, matematika memiliki beberapa karakteristik, yakni memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya.

Berdasarkan karakteristik matematika itu sendiri sebenarnya melekat nilai-nilai yang dapat membangun karakter anak bangsa. Pertama, obyek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi, sehingga matematika melatih seseorang untuk menggunakan daya pikirnya secara cerdas merepresentasikan hal-hal yang abstrak tersebut. Dapat dikatakan bahwa matematika telah melatih seseorang untuk mampu menggunakan daya pikirnya secara cerdas dan out of the box.

Kedua, kesepakatan dalam matematika memberikan arah kesadaran tentang berbagai kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dengan kesepakatan tersebut seseorang dilatih bertanggung jawab dan menerima konsekuensi-konsekuensi yang terjadi. Ketiga, pola pikir yang deduktif mendorong seseorang untuk mencari suatu keputusan-keputusan yang dapat diterima secara umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun