Mohon tunggu...
Rangga Salma
Rangga Salma Mohon Tunggu... -

Sementara ini tinggal disekitar sini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengapa? Sebuah Retorika

24 Februari 2011   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bambu di belah

Kapak memecah

Saudara berpisah

Taat hanya dikata

Dikata tanpa berbuat

Tunduk pada martabat

Mungkin juga pada sahwat.

Kau katakan kita bersaudara

Kita makan dalam tempayan yang sama

Kalaulah warna tidak serupa

Mengapa harus beradu kata

Para cantrik harus mufakat

Para pemimpin bebas berbuat

Bila hati yang khianat

Hanya Tuhankah yang mampu melihat?

Kayu hancur oleh besi

Besi meleleh karena api

Api padam tersapu air

Mengalirlah ke seantero negeri

Biarkanlah warna langit kita tak sama

Selama langit masih ada di atas kepala kita

Tak usah risau kendaraan kita yang berbeda

Selama melaju pada takdir yang sama.

Sabda kekasih-Mu tidaklah salah

Para hamba memahami salah?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun