Tahun 1991, jika tidak salah, kami melangkah ke dalam dunia yang baru, menjadi kelas 1 SDN Purwasari, kemudian berubah menjadi SDN IV Cimara. Itulah awal perjalanan kami, sekelompok anak-anak yang penuh semangat dan rasa penasaran. Kami duduk di bangku sekolah dasar yang sederhana, saling mengenal satu sama lain, dan mulai membentuk ikatan yang tak terlupakan. Kini, tahun sudah 2024, hampir lebih dari tiga dekade telah berlalu. Tak terasa, waktu telah membawa kami jauh, meninggalkan jejak kenangan yang tetap hidup di hati.
Kami, 17 teman kecil, membentuk persahabatan yang tidak hanya tentang bermain bersama atau berbagi buku pelajaran. Itu lebih dari itu. Kami berbagi mimpi, tawa, bahkan cemas ketika ujian tiba atau ketika mendapati tugas yang belum selesai. Guru kami, yang kami anggap galak. Selalu membuat kami deg-degan. Ada rasa takut yang menggelayuti setiap kali tugas menumpuk atau ketika kami merasa belum cukup siap. Tapi justru di situlah kami belajar untuk saling mengingatkan, memberi semangat, dan menguatkan satu sama lain. Dalam kebersamaan itulah kami tumbuh, menyadari bahwa hidup tak selalu mudah, tetapi persahabatan akan selalu ada untuk saling mendukung.
Dulu, kami tidak pernah menyadari betapa banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan di masa itu. Kami terlalu sibuk menikmati masa kecil, bermain, dan menghabiskan waktu tanpa beban. Namun kini, setelah bertahun-tahun berlalu, kami baru sadar betapa berharganya setiap momen yang telah kami lewati. Hari ini, kami merindukan masa itu, masa di mana segala sesuatunya terasa sederhana, namun penuh dengan makna yang dalam. Kami belajar banyak hal tanpa harus memikirkan akibatnya, dan tanpa tahu bahwa setiap kenangan itu akan menjadi bagian penting dari hidup kami.
Kini, meski kami sudah beranjak dewasa dan jarak memisahkan kami, kenangan itu tetap hidup. Kami mungkin tidak lagi duduk di bangku yang sama, tetapi kenangan tentang 17 teman yang selalu ada untuk berbagi tawa, rasa cemas, dan harapan, akan selalu ada.
Namun, di antara kami, dua sahabat sudah lebih dulu pergi. Udin Tasyudin, yang selalu penuh semangat, dan Cahya, yang selalu membawa keceriaan, telah meninggalkan kami. Kepergian mereka adalah luka yang mendalam, namun kami tahu, kenangan tentang mereka akan selalu hidup dalam setiap langkah kami. Meskipun mereka tidak lagi bersama kami di dunia ini, dalam setiap kenangan, mereka selalu ada, selalu mengingatkan kami tentang arti sejati dari persahabatan, tentang betapa berharganya waktu yang telah kami lewati bersama.
Bagi kami yang masih ada: Udin Tasudin, Warsim, Rudi, Keni, Eni, Eris, Wewen Kusweni, Wiwin Suningsih, Wiwin Hernawati, Tati Haryati, Cicih, Tarlim, Sahrun, dan Wiarsah. Ada banyak harapan yang tersirat di balik perjalanan panjang ini. Harapan untuk terus melangkah, terus menjaga kenangan ini, dan terus hidup dengan semangat yang sama seperti yang kami rasakan dulu. Semoga waktu yang tersisa ini bisa memberi kami kesempatan untuk meraih lebih banyak mimpi, memberikan yang terbaik, dan yang paling penting, semoga kami diberi kesehatan yang baik, umur panjang, serta dimudahkan rezekinya. Agar kami bisa terus bersama-sama, meskipun di jalan yang berbeda, dan terus menjaga kenangan ini sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup kami.
Di Antara Kenangan, persahabatan kami tetap abadi, meskipun waktu terus berjalan dan hidup membawa kami ke arah yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H