Mohon tunggu...
Agus Saeful Anwar
Agus Saeful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Muhammadiyah Kuningan

Penikmat literasi, bukan penyuka kopi, suka olahraga tenis meja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Pendidikan di Pedesaan antara Harapan dan Realita

19 Desember 2024   10:18 Diperbarui: 19 Desember 2024   10:18 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi saat pembelajaran bersama mahasiswa PGSD 1F UM Kuningan, Kamis (19/12/2024)

Desa selalu menyimpan cerita. Bukan hanya tentang kesederhanaan, tapi juga potensi besar yang sering luput dari perhatian. Anak-anak desa, meski lahir di tengah keterbatasan, sering kali menunjukkan bakat luar biasa. Mereka unggul dalam akademik, olahraga, atau seni. Prestasi demi prestasi diraih, membuktikan bahwa potensi tidak mengenal batas wilayah. Namun, potensi ini sering kali terhambat oleh realita.

Pendidikan di pedesaan menghadapi tantangan berlapis. Selain soal akses informasi dan teknologi, ada pula masalah kesadaran politik dan sosial. Tak jarang, masyarakat desa menjadi target kepentingan politik. Di musim kampanye, mereka dirayu dengan janji-janji manis yang sering tidak ditepati. Fasilitas pendidikan dijanjikan, beasiswa disebut-sebut, tapi setelah pemilu selesai, semuanya hilang entah ke mana.

Kecenderungan ini diperparah dengan rendahnya literasi politik. Banyak warga desa yang mudah percaya pada retorika politik tanpa mengevaluasi fakta. Akibatnya, kepentingan pendidikan sering dikesampingkan oleh para pemangku kepentingan yang lebih mementingkan citra daripada aksi nyata.

Ironisnya, ketika anak-anak desa berhasil menembus keterbatasan dan meraih kesuksesan, mereka sering tidak kembali ke desa. Mereka menetap di kota besar, mengejar karier, dan melupakan akar mereka. Desa kehilangan potensi terbaiknya, sementara harapan untuk perubahan perlahan memudar.

Tapi, dari desa juga lahir harapan besar. Anak-anak desa punya daya juang tinggi. Mereka tahu rasanya kekurangan, dan itu membuat mereka lebih gigih. Dengan dukungan yang tepat, desa bisa menjadi tempat tumbuhnya generasi hebat.

Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Pertama, pendidikan harus diprioritaskan, bukan hanya di atas kertas, tetapi dalam tindakan nyata. Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada desa, bukan hanya saat kampanye. Akses internet, fasilitas sekolah, hingga pelatihan guru harus menjadi fokus utama.

Kedua, penting untuk menanamkan nilai-nilai kebanggaan pada desa. Anak-anak yang sukses harus diajak kembali, memberikan kontribusi nyata bagi komunitas asal mereka. Ini bisa dimulai dari program mentorship, di mana mereka berbagi ilmu dan pengalaman untuk memotivasi generasi muda.

Ketiga, masyarakat desa harus diberdayakan. Literasi politik harus ditingkatkan, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh janji palsu. Kesadaran bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang juga perlu ditanamkan.

Desa adalah fondasi bangsa. Jika desa maju, maka kota akan kuat. Pendidikan adalah kuncinya. Dengan membangun pendidikan di pedesaan, kita tidak hanya membantu anak-anak desa meraih masa depan yang lebih baik, tetapi juga mewujudkan harapan besar bahwa desa bisa menjadi pusat kemajuan yang sebenarnya. Mari bersama-sama menjaga agar harapan itu tetap menyala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun