Mohon tunggu...
Agus Saeful Anwar
Agus Saeful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Muhammadiyah Kuningan

Penikmat literasi, bukan penyuka kopi, suka olahraga tenis meja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter di Sekolah

11 Desember 2024   06:58 Diperbarui: 11 Desember 2024   06:58 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi, dalam acara kunjungan studi banding Prodi PGSD UM Kuningan ke SD Al Mujahidin Yogyakarata, (26/08/2024)

Belakangan ini, pendidikan karakter sering menjadi topik hangat di dunia pendidikan. Konsepnya sederhana, tapi dampaknya besar. Intinya, bagaimana sekolah tidak hanya mencetak siswa yang pintar secara akademik, tetapi juga berbudi pekerti baik. Di tengah tantangan era digital, pendidikan karakter ini semakin relevan.

Salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan karakter adalah derasnya pengaruh teknologi dan media sosial. Siswa sekarang tumbuh dalam dunia yang serba cepat, di mana informasi datang bertubi-tubi, dan sering kali mereka sulit membedakan mana yang benar dan mana yang sekadar sensasi. Belum lagi, media sosial yang kerap menjadi ajang pamer, sehingga nilai-nilai seperti kejujuran dan kesederhanaan kerap tergeser.

Di sekolah, masalah ini semakin terlihat. Guru sering kali menghadapi siswa yang lebih sibuk dengan gadget daripada pelajaran. Bukan hanya itu, nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama pun mulai memudar. Siswa lebih suka bekerja sendiri dengan bantuan teknologi ketimbang berkolaborasi dengan teman.

Di sinilah pendidikan karakter menjadi penting. Sekolah harus menjadi tempat di mana siswa tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun kepribadian yang kokoh. Namun, tantangannya, pendidikan karakter ini tidak bisa hanya berupa teori. Ia harus diterapkan dalam keseharian.

Contohnya, sekolah bisa menerapkan program yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam aktivitas harian. Misalnya, membuat kegiatan rutin seperti kerja bakti untuk menanamkan nilai gotong royong, atau mengadakan diskusi tentang dampak buruk hoaks untuk mengajarkan kejujuran. Selain itu, peran guru sebagai teladan sangat penting. Guru yang disiplin, jujur, dan peduli akan menjadi contoh nyata bagi siswa.

Namun, pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab sekolah. Orang tua juga memiliki peran besar. Apa gunanya sekolah mengajarkan kejujuran jika di rumah, anak melihat orang tuanya berbohong? Apa gunanya guru menanamkan nilai tanggung jawab jika di rumah anak dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan?

Kerja sama antara sekolah dan orang tua adalah kunci. Program parenting di sekolah bisa menjadi jembatan untuk menyelaraskan nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan di sekolah. Dengan begitu, siswa mendapatkan lingkungan yang konsisten dalam membangun karakternya.

Pendidikan karakter juga harus relevan dengan zaman. Di era digital, nilai-nilai seperti literasi digital, etika bermedia sosial, dan empati digital harus mulai diperkenalkan. Siswa harus diajarkan bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak, menghargai karya orang lain, dan tidak mudah terpancing oleh informasi yang belum tentu benar.

Pada akhirnya, pendidikan karakter bukan hanya soal membentuk generasi yang berintegritas, tetapi juga mempersiapkan mereka menghadapi dunia yang terus berubah. Tantangan era digital akan terus ada, tetapi dengan karakter yang kuat, siswa akan mampu menghadapinya dengan bijak.

Mari kita jadikan sekolah tidak hanya tempat belajar, tetapi juga tempat membangun manusia seutuhnya. Sebab, masa depan bangsa ada di tangan generasi muda yang tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun