Kabupaten Tabanan merupakan satu-satunya kabupaten di Bali yang siap melaksanakan ProgramGerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). Oleh karena itu, tak heran bila Kabupaten Tabanan akhirnya menjadi tumpuan program GP3K di Bali pada tahun ini.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten TabananIr. I Gde Made Sukawijaya, MM mengemukakan hal itu saat mendampingi Tim Monitoring GP3K mengunjungi Subak Lanyah Wanasara, Desa Bongan, Tabanan, Selasa (6/9). Terkait Program GP3K yang dilaksanakan di Kabupaten Tabanan, Sukawijaya meminta agar para pekaseh dan petani pelaksana Program GP3K mematuhi rekomendasi yang diberikan oleh petugas pendamping teknis di lapangan. “Agar produksi padi bisa sesuai target, petani hendaknya mematuhi dan menerapkan rekomendasi yang diberikan oleh petugas pendamping teknis,” katanya menghimbau.
Menurut Sukawijaya, di Kabupaten Tabanan Program GP3K ditargetkan mencapai seluas 6.500 ha di tiga kecamatan, yakni Kerambitan, Tabanan dan Kediri. Meski di beberapa wilayah kecamatan tersebut mengalami kendala kesulitan air pengairan, pihaknya tetap optimis bisa melaksanakan Program GP3K sesuai target. “Beberapa lokasi GP3K terpaksa dialihkan ke wilayah lain yang pengairannya cukup,” katanya sambil menambahkan, dengan adanya program GP3K ini, diharapkan akan terjadi peningkatan produksi padi di Tabanan yang cukup signifikan.
Target 100.000 Ha
Hal senada diungkapkan oleh Dirut PT. Pupuk Sriwidjaya (Pusri) Persero (Holding), Arifin Tasrif yang optimis Program GP3K yang dikucurkan oleh Pemerintah melalui Kementrian Pertanian dan Kementrian Badan Usaha Milik Negera (BUMN) tahun ini bisa tercapai sesuai target. “Secara nasional, Program GP3K ditargetkan seluas 100.000 ha. Meski saat ini luas areal baru tercapai sekitar 10.000 ha, namun kami optimis sampai akhir tahun ini target 100.000 ha tersebut bisa tercapai,” katanya yakin.
Menurut Tasrif, di Indonesia Program GP3K dilaksanakan di beberapa provinsi yang selama ini dikenal sebagai daerah lumbung beras. Di antaranya adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan. “Khusus di Provinsi Bali, Program GP3K hanya dilaksanakan di Kabupaten Tabanan karena merupakan kabupaten yang paling siap. Baik itu kesiapan dari lahannya maupun petaninya sebagai pelaksana,” katanya berterus-terang
Tasrif menambahkan, dengan adanya Program GP3K ini diharapkan ada peningkatan produksi padi sekitar 1 ton/Ha. “Bila di Subak Lanyah Wanasara ini produksi padi rata-rata 6 ton/ha, maka dengan adanya Program GP3K ini produksinya diharapkan meningkat menjadi rata-rata sekitar 7 ton/ha,” jelasnya.
Petani Bingung
Sementara itu saat berdiskusi dengan petani, Pekaseh Subak Lanyah Wanasara I Nengah Sukit mengemukakan bila beberapa petani masih mengalami kendala dan bingung dalam penggunaan obat-obatan. “Petani di sini biasanya hanya menggunakan dua jenis obat-obatan saja. Namun sekarang kami bingun karena harus menggunakan sembilan jenis pestisida,” katanya sambil menambahkan pihaknya mengucapkan terima kasih karena dipercaya melaksanakan Program GP3K yang diberi kemudahan dalam pembelian pupuk dan obat-obatan dengan cara kredit empat bulan tanpa bunga.
Terkait pertanyaan tersebut, Direktur Setia Tani selaku Distributor Pupuk Kaltim di Kabupaten Tabanan, Dewa Kosala mengemukakan bila program GP3K merupakan program spesifik karena adanya pendampingan dan pembelajaran. Dalam Program GP3K, penggunaan obat-obatan sifatnya untuk pencegahan Organisme Penggangu Tanaman (OPT). Sementara yang selama ini diterapkan petani, umumnya untuk pemberantasan. “Dalam pendampingan, kita mengajarklan petani agar bisa menggunakan obat-obatan untuk pencegahan OPT secara baik dan benar,” terangnya.
Pada kesempatan tersebut Tim Monitoring GP3K juga memaparkan tentang analisa usaha tani padi. Disebutkan, bila dikelola dengan baik dan benar, usaha tani padi masih memberikan keuntungan yang lumayan besar. Setiap hektar usaha tani padi, disebutkan bisa meberikan keuntungan sekitar Rp 13.150.000. Perinciannya, Biaya operasional total Rp 7.850.000/ha. Sementara produksi padi sekitar 6 ton/ha dengan harga jual gabah Rp 3.500/Kg diperoleh pendapatan sejumlah Rp 21.000.000. (gus)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H