Mohon tunggu...
Agus Ridwan Fauzi
Agus Ridwan Fauzi Mohon Tunggu... profesional -

hanyalah seseorang yang ingin terus berusaha memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Money

Dimata RIM, Malaysia Lebih Seksi Daripada Indonesia

14 September 2011   04:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kabar mengejutkan datang dari RIM, Produsen Blackberry asal kanada tersebutmemutuskan untuk membangun pabriknya di Malaysia, tetangga sekaligus saingan terdekat Indonesia. Kabar tersebut membuat banyak pihak di Indonesia kaget termasuk pemerintah. Padahal Pemerintah termasuk getol mendesak RIM membangun pabriknya di Indonesia. Sehingga keputusan RIM tersebut membuat Pemerintah heran dan bertanya-tanya , kenapa RIM lebih memilih Malaysia dibanding Indonesia.

Diberitakan beberapa menteri mengaku kecewa bahkan mulai menebarkan ancaman kepada RIM. Ancaman tersebut berupa pengenaan PPn BM terhadap produk blackberry atau melakukan tindakan-tindakan disinsentif lainnya yang dipandang perlu. Tujuannya memberi pelajaran kepada produsen-produsen lain terutama yang memiliki pangsa pasar besar di Indonesia agar tidak menjadikan Indonesia hanya menjadi tempat pemasaran saja, tapi harus juga menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.

Kekecewaan pemerintah (dan masyarakat) Indonesia sangat beralasan. Selama ini Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi blackberry. Beberapa pihak menyebutkan bahwa penjualan Blackberry di Indonesia mencapai lebih dari 4 juta unit pertahun. Bandingkan dengan pasar Malaysia yang hanya menyerap 400 ribu unit blackberry pertahun, hanya sepersepuluhnya dari Indonesia. Bahkan beberapa media menyebutkan RIM mengeruk USD 122 juta per tahun dari pasar Indonesia, jumlah yang tidak sedikit.

Namun perlukah pemerintah (dan masyarakat) Indonesia menghukum blackberry?. Misalnya dengan memboikot atau memberlakukan aturan tertentu yang menghambat masuknya BB produk Malaysia ke Indonesia?. Menurut saya keputusan RIM tersebut tidak perlu ditanggapi secara reaktif. Justru sebaliknya keputusan RIM tersebut harus dijadikan bahan introspeksi bagi kita semua.

RIM memutuskan mendirikan pabrik di Malaysia, bukan di Indonesia, pasti ada sebabnya.Pertimbangan bisnis pasti menjadi faktor utama. Perusahaan sekelas RIM tidak mungkin memutuskan sesuatu berdasarkan sentimen atau pertimbangan yang tidak matang.Mungkin RIM menganggap Indonesia adalah pasar yang potensial tapi bukan tempat berinvestasi yang baik. Dari segi bisnis, RIM sudah mempertimbangkan cost benefit analysisnya, dan menurut hasil perhitungan RIM, berinvestasi diMalaysia lebih menguntungkan daripada di Indonesia.

Banyak faktor yang dijadikan bahan pertimbangan oleh investor ketika akan berinvestasi di suatu negara. Birokrasi, SDM, sampai ketersediaan infrastruktur yang memadai adalah contohnya. Apalagi, seperti kita tahu, proses perijinan di Indonesia terkenal berbelit, lama, dan berbiaya tinggi. Ditambah sering terjadinya konflik sosial membuat investor khawatir akan keamanan investasinya. Karena yang dipikirkan para investor hanyalah bagaimana agar investasinya aman dan memberikan keuntungan maksimal bagi mereka..

Bagaimana dengan pengenaan PPn BM atau pengenaan hambatan lainnya?. Pengenaan PPn BM atau pengenaan hambatan baik tarif atau non tarif menurut saya bukan tindakan yang tepat. Apalagi Indonesia sudah terikat AFTA (Asean Free Trade Area) dimana Negara-negara AFTA telah berkomitmen untuk menghilangkan berbagai hambatan non tarif dan menurunkan tarif antar sesama anggota ASEAN 0% hingga 5%. Melakukan hambatan perdagangan hanya akan menimbulkan balasan dari Negara lain (Malaysia) atau resiko tuntutan dari Negara lain.

Lalu apa yang harus dilakukan? Tentu saja membereskan hal-hal yang selama ini dianggap membuat Indonesia tidak kelihatan seksi dimata investor. Seperti mempercepat dan menyederhanakan proses perijinan, jaminan keamanan, dan menyediakan infrastuktur yang memadai. Seperti memilih jodoh, RIM akan memikirkan bibit, bebet, dan bobotnya Negara yang akan dijadikan basis produksi. Yang paling menarik tentu yang akan dipilih, jadi agar produsen-produsen lain tidak berpaling lagi ke Malaysia maka Indonesia harus kelihatan lebih seksi dimata investor dibanding Malaysia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun