Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Budaya Kritik Tulisan

27 Maret 2012   12:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan yang ditampilkan untuk pembaca, saat ini sangat mudah untuk langsung mendapat tanggapan dari pembacanya. Salah satunya berkat teknologi informasi yang ada saat ini.

Tanggapan pembaca yang mengulas tulisan yang dibacanya dapat disebut sebagai suatu kritik atau apresiasi. Jika kritik dilakukan dengan santun, penulis biasanya akan menerimanya dengan baik. namun jika kritik itu dilakukan dengan tajam dan membabi buta, bisa jadi penulisnya kurang berkenan. Apalagi jika kritiknya ngawur, tentu akan mendapatkan respon yang menandakan penulisnya kurang berkenan.

Namun demikian, berdasarkan pengalaman dan perenungan, kritik apapun adanya asalkan tidak ngawur tetaplah sangat bermanfaat. Masukan dari pembaca tentunya dalam rangka perbaikan karya penulisnya.

Dua hal dalam kritik tulisan

Setidaknya ada dua hal yang menjadi tujuan dalam memberikan kritik :

1.Melakukan kritik dengan tulus

Kritik yang tulus berarti kritik itu disampaikan apa adanya. Tanpa maksud untuk meremehkan dan hal-hal yang kurang berkenan lainnya. Pembaca memberikan kritik semata karena peduli dengan tulisan yang dibacanya, bukan maksud lainnya.

2.Melakukan kritik dalam rangka memuliakan orang lain

Pada dasarnya penulis yang dikritik adalah sedang dimuliakan. Dalam arti, dari hasil kritikan itu dapat membawa penulis pada hasil karya yang lebih baik dan lebih berkualitas.

Perdebatan-perdebatan yang ada antara penulis dan pembaca (peng-kritik) dapat membawa pada pembelajaran yang baik. Asalkan dikelola dalam etika bersama yang baik juga. Mengedepankan intelektual, bukan emosional semata.

Energi yang dikeluarkan dalam perdebatan dapat menjadi sia-sia, jika ujungnya adalah hal-hal yang dapat membuat saling kurang berkenan. Misalnya menyudutkan, memfitnah, debat kusir, dan sebagainya.

Budaya kritik (memberi dan menerima kritik), dapat menjadi hal yang sangat baik untuk dikembangkan, asalkan dalam koridor 2 hal yang sudah saya tuliskan di atas. Dengan adanya kritik, menjadikan tulisan tidak sekedar ditulis dan dibaca. Namun lebih dari itu, didalami bersama antara pembaca dan penulis. Harapannya dapat dipetik manfaatnya bersama-sama.

Banyumas, 27 Maret 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun