Menulis akan terasa nyaman dan lancar jika datang dari hati penulis. Menulis tanpa dibebani dengan hal-hal yang dapat memberatkan penulis. Jika demikian adanya, maka menulis akan membebaskan penulis dari segala tekanan.
Tulisan yang ditulis dari hati penulis tanpa ada tekanan dalam diri penulis, akan mengalir dan enak dibaca. Tulisan pun menyatu dengan jiwa penulis, sehingga khas penulis dan tidak tergantikan dengan orang lain.
Hal itu berbeda jika penulis berada dalam tekanan, misalnya takut tidak bagus, takut kalah lomba, takut tidak sesuai kriteria, dan sebagainya. Tulisan yang dihasilkan dapat menjadi hambar dan kurang mencerminkan jiwa penulis.
Karena khas, maka bebaslah berekspresi!
Setiap penulis mempunyai ciri khas dalam tulisan yang dihasilkan dari aktivitas menulisnya. Ciri khas itu hadir dari diri penulis yang juga memang khas. Sebagaimana tidak ada individu yang sama persis dalam setiap hal. Bahkan manusia kembar sekalipun pasti ada perbedaan dalam satu atau lain hal. Demikian juga tulisan, meskipun menulis dengan tema yang sama, akan terasa berbeda jika dituliskan oleh orang yang berbeda. Ada penulis yang tulisannya mendayu-dayu, ada yang berapi-api, ada yang pelan dan sabar, ada yang kritis, ada yang hangat dan akrab, dan lain sebagainya. (Agus Pribadi, 2012)
Dari ke-khas-an tersebut, maka penulis hendaknya membebaskan diri dalam berekspresi. Gunakan setiap potensi yang ada dalam diri. Tuhan memberikan hati, pikiran, dan panca indera kepada manusia. Semua itu dapat digunakan sebagai sarana menulis yang baik.
Rasa ragu dan kurang percaya diri dalam menulis hanya datang sementara dan sekejap. Dengan terus menulis, lambat laun rasa itu akan terkikis, berganti dengan percaya diri. Menulis pun akan semakin lancar dan mengasyikkan.
Lebih baik menghasilkan tulisan sederhana yang datang murni dari diri penulis, dari pada menghasilkan tulisan mewah tapi semuanya hasil comot sana-sini. Ada kepuasan batin jika ide yang murni hadir dari dalam diri, meski ide itu tertulisan dalam kalimat-kalimat sederhana. Diri terasa terbebaskan dari segala tekanan, dan tulisan yang dihasilkan pun akan membebaskan pembaca. Pembaca merasa terbebaskan dari keraguan akan kemurnian tulisan. Pembaca pun terbebaskan pemikirannya setelah membaca tulisan segar dan murni dari penulis.
Mari terus menulis. Mari membebaskan diri dan pembaca melalui tulisan, karena menulis itu membebaskan.
Salam Kompasiana!
Banyumas, 4 Maret 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H