[caption id="attachment_144950" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Kumpulan Cerpen "][/caption]
Judul : Balada Seorang Lengger (Kumpulan Cerpen)
Penulis : S. Gilangtresna, Setijanto Salim, Agus Pribadi, dkk.
Pengantar : Ahmad Tohari
Kata Penutup : Setijanto Salim
Penerbit : Leutikaprio
ISBN: 978-602-225-187-3
Terbit: November 2011
Tebal: 198 halaman
Harga: Rp. 42.000,00
“Kue Lapis” dalam Antologi Balada Seorang Lengger
Makan kue lapis, sungguh enak rasanya. Manis, dan paling cocok dinikmati dengan segelas teh tawar. Dan kue itu yang saya jadikan sebagai ibarat pada Antologi Balada Seorang Lengger.
Mengapa saya menyebutnya kue lapis? Karena saat menikmati satu persatu cerpen-cerpen di atas ada rasa yang manis yang menggelayuti hati ini. Jiwa terasa segar oleh sentuhan-sentuhan emosi yang disuguhkan oleh para penulis. Menikmati “kue lapis” itu harus dengan santai tidak harus terburu-buru agar bisa merasakan “legit”-nya. Dan segelas teh tawar akan mampu menjadi penawar yang menetralkan rasa.
Masih saya ibaratkan kue lapis, muatan cerita pada kumpulan cerpen ini juga berlapis-lapis. Saya akan membaginya menjadi 4 lapis berdasarkan : 1) emosi yang dibangun dan keindahan literasi, 2) nilai budaya dan sejarah, 3) Keliaran cerita, 4) Pesan perubahan yang ingin disampaikan.
Lapis pertama : Emosi yang dibangun
Membaca cerpen-cerpen ini, saya “menangis”,”tertawa”, tersenyum sendiri, menyesali diri, dan perasaan-perasaan lain yang berkecamuk di hati. Penulis berhasil mengaduk-aduk perasaan pembacanya. Semua itu dituliskan dengan keindahan literasi. Yang termasuk lapis pertama adalah 5 cerpen : Rawuhan, Batu Bisu, Cinta diantara Dua Huruf O, Kerinduanku Terkoyak, Makam Tanpa Nama.
Lapis kedua : nilai budaya dan sejarah
Membaca cerpen ini, saya menjadi bisa belajar tentang adat dan budaya setempat, juga mengingat tentang suatu tempat atau peristiwa bersejarah. Yang termasuk lapis kedua adalah 10 cerpen: Benteng Pendem, Jelmaan Dewi Supraba, Sepeda untuk Bapak, Balada Seorang Lengger, Kesetiaan Bulan, Tawur Banyu, Kerling Sang Penari Lengger, Ketoprak Tobong, Katresnan Sak Jeroning Segara, Banyu(E)Mas,
Lapis ketiga : Keliaran cerita
Ide-ide liar saya rasakan saat membaca cerpen-cerpen ini. Saya bisa menikmatinya karena ini hanyalah karya fiksi yang bisa dijadikan cermin dalam menjalani hidup agar lebih baik. Yang termasuk lapis ketiga adalah 2 cerpen : Darah Keadilan, Kubunuh Kau dengan Keperawananku.
Lapis Keempat : Pesan Perubahan yang ingin disampaikan
Membaca cerpen-cerpen ini, ada pesan perubahan dari penulisnya yang ingin disampaikan. Yang termasuk lapis keempat adalah 2 cerpen : Pongkor-Pongkor Tua, Bukan Sketsa Biasa.
Namun demikian tidak berarti satu cerpen hanya mengandung satu lapis saja, bisa jadi beberapa lapis atau keempat lapis terdapat dalam satu cerpen. Contohnya cerpen Rawuhan yang multi talenta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H