Mohon tunggu...
Agustinus Patang
Agustinus Patang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A Christian Mission Worker

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemimpin Perlu Menjadi "The Main Icon"

15 Agustus 2012   02:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin merupakan seorang figur yang pada dasarnya menjadi ikon bagi para pengikutnya. Jika seorang pemimpin tidak bisa menjadi ikon yang utama (the main icon), alangkah malang nasib para pengikutnya. Kata sebagian orang, sebaiknya manusia tidak menjadikan seseorang sebagai idola yang dijadikannya dasar sebagai pijakan utama untuk maju, berubah, dan melangkah lebih baik, tetapi menjadikan seseorang sebagai sebuah teladan adalah hal yang wajar saja. Lewat teladan hidup seseorang, orang lain bisa bangkit, lebih bergairah dan bersemangat untuk 'build their future'. Intinya, tidak menjadikan mereka sebagai 'model' yang mengarah kepada 'idolatry'.
Tentu setiap orang memiliki opini tentang pengertian seorang pemimpin. Namun bagi saya pribadi, seorang pemimpin merupakan seorang yang mampu memberikan teladan yang baik dan mampu mempengaruhi orang lain dengan kepribadian yang nampak lewat karakternya. Seorang pemimpin yang sejati tidak hanya bergantung pada teori kepemimpinan yang ada, tetapi yang lebih penting adalah mereka melakukan seturut dengan teori yang mereka miliki, pelajari ataupun dijadikannya sebagai metode kepemimpinan dalam menjalankan tugas/pelayanannya.

Kepemimpinan memang tidak terlepas dari organisasi, manajemen, dan administrasi. Semuanya harus berjalan 'balance' dalam penerapannya. Sebab kepemimpinan merupakan bagian dari organisasi, demikian juga sebaliknya. Jika salah satu lebih dominan dalam penerapannya, tentu akan terjadi masalah-masalah di

Saat ini, kepemimpinan hamba yang diajarkan oleh Yesus sendiri (servant leadership) sudah jarang didapatkan penerapannya di dalam organisasi Kristen. Organisasi Kristen lebih cenderung meniru gaya dunia (sekuler) dalam menjalankan organisasinya. Seolah-olah metode-metode kepemimpinan sekuler dalam berorganisasi merupakan hal yang akan tetap relevan dalam penerapannya dan menganggap metode kepemimpinan yang diajarkan oleh Yesus sudah usang dan tidak sesuai dengan konteks masa kini. Tapi, bagi saya pribadi pengajaran Yesus tidak pernah dibatasi dengan konteks zaman, karena pengajarannya selalu relevan dan sinkron dengan setiap zaman. Banyak perusahan-perusahan sekuler yang justru menjadikan metode kepemimpinan Yesus sebagai metode dalam kepemimpinannya, sangat miris tentunya bagi sebagian pemimpin Kristen yang masih belum sadar akan langkahnya yang sudah menyimpang dari jalan yang sebenarnya ditunjukkan bagi mereka.
Suatu ketika saya mengikuti sebuah pelatihan kepemimpinan yang memang masih sangat dasar. Saya menikmati materi-materi yang disampaikan oleh 'speakers' yang menjadi pembawa materi dalam kegiatan ini. Salah satu penyajian yang sangat menarik buat saya adalah materi 'kepemimpinan' dan 'pengambilan keputusan'. Banyak hal baru yang saya dapatkan, begitu pun dengan materi-materi yang menyajikan pemahaman akan organisasi, manajemen dan administrasi. Namun, hal yang membuat saya prihatin adalah tim pelaksananya yang tidak dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri, sehingga yang menjadi korban adalah para peserta. Saya sempat berpikir ini bukan OSPEK di kampus, tapi pelatihan. Kalau pelatihan lain dan bersifat sekuler, yah wajar-wajar saja. Tapi ini pelatihan kepemimpinan Kristen, tapi kenapa jadi kacau begini. Tayangan Masterchefdi salah satu channel televisi saja selalu on time dan sangat menghargai waktu, kenapa pelatihan ini malah menjadi kacau. Intinya mereka menutut peserta bisa menjadi pemimpin yang baik, tetapi pelaksananya sendiri belum bisa menjadi pemimpin yang bisa menjadi contoh yang baik. Pastinya mereka sadar bahwa 'konsisten pada waktu' dan 'disiplin waktu' adalah hal yang tidak kalah penting dari yang lain dalam proses kepemimpinan, tapi sama sekali tidak memperdulikannya adalah hal yang bodoh. Alangkah memprihatinkannya 'orang yang beusaha membentuk orang lain tapi dirinya sendiri belum terbentuk'. Pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa membentuk manusia lainnya seturut dengan keinginannya, tetapi melalui karakter hidup, orang lain akan terbentuk dengan sendirinya. Benarlah kalimat bijak yang berkata, 'untuk menjadi pemimpin yang besar, mulailah dengan belajar memimpin diri sendiri'. Sebagai seorang calon pemimpin ke depan tentu perlu kritis dan bijak dalam menanggapi hal demikian.
Pemimpin yang baik tentu akan memberikan teladan yang baik dan membagikan rahasia keteladananannya bagi para pengikutnya, karena pemimpin yang sejati tahu ada waktunya dia berhenti dan digantikan oleh orang lain. Dia mampu meregenerasi pemimpin-pemimpin muda dan mempersiapkan mereka 'to be a leader the future'. Karena itu, melihat sosok pemimpin bukan dari kefasihannya membagikan teori dan kepintarannya dalam berorganisasi, tetapi lihat dari karakter hidupnya, lihat dari buah yang dihasilkann. Karena Firman Tuhan berkata dalam Matius 12:33,"Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal."
Saya rasa metode pelayanan Yesus bukanlah hal yang bersifat relatif untuk diterapkan dalam kepemimpinan tergantung sikon yang ada, tetapi metode pelayanan yang Yesus lakukan adalah hal yang mutlak diterapkan dalam kepemimpinan Kristen kalau ingin melihat perjalanan kepimpinan itu lebih baik dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Gbu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun