Mohon tunggu...
Agus Netral
Agus Netral Mohon Tunggu... Administrasi - Kemajuan berasal dari ide dan gagasan

Peneliti pada YP2SD - NTB. Menulis isu kependudukan, kemiskinan, pengangguran, pariwisata dan budaya. Menyelesaikan studi di Fak. Ekonomi, Study Pembangunan Uni. Mataram HP; 081 918 401 900 https://www.kompasiana.com/agusnetral6407

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Keberhasilan Thailand dalam Mengembangkan Durian

2 Juli 2020   07:54 Diperbarui: 2 Juli 2020   08:05 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam pengembangan durian, Thailand selama ini diakui sebagai negara yang cukup berhasil, baik dari sisi kuantitas perluasan areal dan peningkatan produksi maupun kualitas durian yang dihasilkan. Ada banyak jenis durian di Thailand dan yang diunggulkan ada 3 yaitu Kanyao, Chanee dan Monthong. Diantara 3 itu monthong merupakan yang paling terkenal.

Durian monthong yang disebut juga ‘golden pillow’ memiliki rasa yang enak dan manis, tidak begitu beraroma, daging buah yang tebal dan pulen, ukuran biji yang kecil dan pipih, serta kesegarannya bisa bertahan cukup lama. Ukurannya rata-rata 3 - 5 kg per buah bahkan ada yang beratnya sampai 10 kg.

Dari segi penghasil buah durian di Thailand, provinsi Chanthaburi, Rayong, Chumphon dan Trad di bagian timur Thailand sebagai penghasil utama dengan lebih dari 55% produksi durian nasional. Durian di Thailand juga dikembangkan di provinsi berpenduduk muslim di selatan yaitu Pattani, Narathiwat dan Yala.

Produksi buah durian Thailand tahun 2019 mencapai 656.777 ton dengan areal tanam seluas 152.000 hektar. Meningkat dari tahun 2015 yang produksinya masih 517.980 ton, dan areal perkebunan seluas 96.000 hektar.

Petani durian Thailand mengalami peningkatan kesejahteraan selama 5 tahun terakhir sejalan dengan harga durian monthong yang terus meningkat. Tahun 2019 per kilonya menyentuh harga 110 baht Thailand yang meningkat dari 35 baht tahun 2015. Kalau kurs 1 baht sama dengan 500 rupiah maka harga durian Thailand menjadi sekitar 50 ribu per kilo.

Peningkatan kesejahteraan petani durian Thailand tidak terlepas dari kemampuan pemerintahnya dalam memasarkan produk durian ke luar negeri. Menurut data dari Trade Map WTO yang dikutip DurianHarvests, tahun 2016 Thailand merajai perdagangan durian global dengan menguasai 95% pasar ekspor yaitu sebanyak 403 juta kilo. 

Sisanya 4% Malaysia sebanyak 18 juta kilo dan 1% negara lainnya. Dan data pada tahun 2018 dari Comtrade Databese PBB, ekspor durian Thailand mencapai US$ 1,83 billion (26 triliun rupiah). Angka eksport itu jauh mengalami peningkatan dibanding tahun 2015 yang masih US$ 399.94.

China merupakan importir utama durian Thailand yaitu dengan nilai US$ 1,81 billion yang merupakan 77% dari total eksport durian Thailand. Thailand menjual 96% durian ke China dalam bentuk buah segar (fresh fruit) dan sisanya durian beku (frozen durian). Selain itu Thailand juga mengekspor ke sejumlah negara lainnya yaitu negara-negara ASEAN, Hongkong, USA, Jepang, Tawan dan lainnya.

Penguasaan pasar ekspor durian di China merupakan rintisan yang dilakukan sejak puluhan tahun, bersamaan dengan ekspor komoditi pertanian lainnya seperti; beras, ayam, gula, ikan tuna, udang, tepung tapioka dan lain-lainnya. Thailand memang dikenal sebagai eksportir komoditi pertanian ke banyyak negara sehingga dikenal dengan sebuatan ‘kitchen of the world’.

Dalam hal hubungan dagang dengan China, Thailand dibanding Indonesia misalnya, memiliki keunggulan komparatif, karena Thailand berada dalam satu daratan dengan China yang bisa menggunakan transportasi darat untuk ekspor selain menggunakan kapal laut. 

Ini akan berakibat pada biaya transport yang lebih murah. Apalagi kalau jalur kereta api cepat yang menghubungkan Kunming China menuju Bangkok selesai 2021 yang akan datang maka bisa dibayangkan meningkatnya hubungan dagang antara kedua negara. Direncanakan kereta ini juga akan disambung lagi menembus Malaysia dan Singapura (Pan-Asia railway Network).

Selain itu keterlibatan pengusaha China yang langsung datang membeli durian ke para petani di Thailand juga sangat mendukung penguasaan pasar China oleh Thailand. Bahkan bukan saja membeli buah durian segar, tetapi pengusaha China juga melakukan investasi untuk perluasan areal tanam durian, serta mesin prosesing dan pengepakan.

Dan yang terutama sekali adalah karena gencarnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah Thailand di berbagai kota besar di China terhadap buah Thailand termasuk durian. 

Pemerintah Thailand melalui Kementerian Perdagangan mendukung sepenuhnya upaya memperkenalkan produk buah-buahan Thailand ke seuruh daratan China, melalui pameran-pameran di pusat-pusat perbelanjaan ternama. Termasuk kerjasama dengan Alibaba Group Holding yang ditandatangani tahun 2018 lalu yaitu penjualan online durian Thailand melalui platform digital. Ketika dimulai ketika itu, hanya dalam waktu 1 menit, 80 ribu buah durian monthong laku terjual melalui T-mall retail.

Masih terkait dengan promosi, pariwisata Thailand yang ramai merupakan faktor penting juga dalam pengenalan durian dan buah-buahan Thailand, yaitu melalui paket kunjungan ke kebun buah. Seperti diketahui kunjungan wisatawan mancanegara ke Thailand tahun 2019 mencapai 39,8 juta orang, lebih dari setengah jumlah penduduknya. Diantara toris itu, 11 juta orang berasal dari China. Dan kota Bangkok tetap mendapatkan predikat sebagai kota yang paling banyak dikunjungi di tingkat dunia.

Walaupun demikian, durian Thailand tidak aman dari kompetitor. Satu diantaranya adalah durian musang king atau si raja kunyit yang dari Malaysia yang sekarang ini mendapat gelar durian terbaik dan mendapatkan harga termahal. Kemudian pemerintah Malaysia juga sedang jor joran memperluas areal lahan durian untuk memenuhi permintaan di China yang haus dengan musang king. Sehingga membuat pegiat lingkungan disana prihatin dengan alih pungsi hutan ke durian.

Adapun harga musang king di China mencapai US$ 25 per kg (sekitar 350 ribu rp) per kilo, sedangkan durian monthong hanya seperempatnya yaitu US$ 5, yaitu menurut data harga dari situs durianharvests. Sedangkan harga musang king di Indonesia dari berbagai marketplace yang ada seperti tokopedia, bukalapak, shopee dan lainnya, antara 350 – 550 ribu per 450 gram untuk frozen durian. Jadi sekilo harganya bisa satu juta di Indonesia.

Walaupun demikian pihak Thailand mengemukakan bahwa justru di harga itulah tempat keunggulan monthong, yaitu bisa terjangkau oleh kebanyakan pembeli di China. Selain itu Thailand juga terus menanam musang king, karena durian apapun jenisnya bisa tumbuh dengan baik di Thailand.

Lalu bagaimana dengan durian di Indonesia? Kenapa durian Indonesia tidak muncul di China? Apakah Indonesia selalu kalah dengan Thailand dan Malaysia dalam sektor pertanian dan durian khususnya? Ini sebuah pertanyaan yang menarik untuk dijawab.

Menarik karena kalau mengacu pada sisi potensi sumber daya lahan yang ada serta demografisnya, maka seharusnya Indonesia tidak akan bisa kalah. Dari segi jumlah daratan, Indonesia banding Thailand, 4 kali lebih banyak; 1.904.569 km2 dibanding 513.120 km2. 

Lalu semua tumbuh-tumbuhan yang di Thailand juga bisa tumbuh dengan baik di Indonesia. Kemudian jumlah manusianya  juga Indonesia lebih banyak 4 kali dari Thailand yaitu 260 juta dibanding Thailand 70 juta jiwa. Apalagi malaysia yang penduduknya hanya 31 juta dan luas daratannya 329.847 km persegi.

Jadi Indonesia kalau mengacu pada angka itu seharusnya tidak akan bisa kalah. Lalu apa permasalahan durian di Indonesia sehingga tidak mampu mengejar Thailand dalam berkompetisi di tingkat pasar global?

Masalah dalam pengembangan durian

Dari sisi produksi buah durian di Indonesia, berdasarkan data statistik BPS, sebenarnya produksi durian secara nasional mencapai 1.169.802 ton tahun 2019. Jadi hampir 2 kali lipat produksi Thailand yang hanya 600 ribuan ton. Tetapi kenapa Thailand jadi penguasa pasar ekspor?

Yang pertama adalah karena Indonesia tidak memiliki durian yang diunggulkan yang dikedepankan oleh pihak Kementerian Pertanian sebagai branding, seperti musang king, si duri hitam untuk Malaysia dan monthong, chanee untuk Thailand. Akibatnya durian Indonesia tidak dikenal di pasaran luar negeri, karena tidak ada yang ditonjolkan diantara durian unggul yang ada.

Sedangkan menurut Ketua Yayasan Durian Nusantara, Mohamad Reza Tirtawinata, sedikitnya ada 13 jenis durian unggul di Indonesia yang tersebar di berbagai daerah yaitu; Bido, Bawor, Matahari, Namlung, Pelangi, Serombut, Super Tembaga, Petruk, Pelangi, Madu Racun, Malika, Merah Banyuwangi, Lai Mahakam dan jenis lainnya. Bahkan untuk Sorombut dan Super Tembaga, dagingnya lebih tebal dan rasanya lebih enak dari musang king, yang sekarang ini mendapat predikat durian paling enak.

Yang kedua adalah tempat atau lokasi dari durian yang diunggulkan itu terpencar di berbagai daerah dan belum dikembangkan dalam sekala luas. Masih sebagian besar durian yang ada juga berlokasi di kebun rakyat yang merupakan warisan dari leluhur yang sudah ditanam puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Dan di kebun rakyat, tanaman durian yang ada bercampur dengan tanaman-tanaman lainnya.

Yang ketiga karena belum berkembangnya investasi perkebunan durian dalam sekala luas dari perusahaan perkebunan Indonesia maupun investor asing sebagaimana yang sudah terjadi pada perkebunan sawit. Akibat berikutnya adalah investasi untuk prosesing dan penanganan pasca panen buah durian juga belum berkembang dengan baik.

Sedangkan untuk kelapa sawit, seperti diketahui Indonesia adalah penghasil sawit terbesar dunia dengan volume mencapai 51,8 juta ton CPO pada tahun 2019 dan luas lahan perkebunan mencapai 16,38 juta hektare. Apabila produksi dan luasan buah tropis Indonesia seperti kelapa sawit maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.

Keempat adalah karena kualitas dari durian yang ada seringkali belum bisa memenuhi syarat yang diminta oleh negara pengimpor yang biasanya cukup ketat. Negara mitra dagang mempersyaratkan buah Indonesia harus bebas pencemaran dari peptisida yang dibuktikan dengan penerapan Good Agriculture Practices di tingkat petani dan penanganan pasca panen yang baik atau Good Handling Practices.

Kelima yaitu masalah harga dari durian yang tidak sehat. Harga durian beku untuk musang king di Indonesia bisa mencapai satu juta per kilonya. Demikian pula dengan durian lokal yang dikatagorikan unggul harganya masih kemahalan diatas 100 ribu sampai 500 ribu per buah. Jelas ini harga yang cukup mahal dan tidak akan pernah bisa terbeli oleh rakyat yang kurang mampu.

Dan yang keenam adalah masalah kurang produktifnya petani pekebun di Indonesaia. Lahan kebun dan lahan tegalan biasanya berada di pinggiran hutan ataupun perbukitan. Pengelolaanya meperihatinkan, karena seringkali lahan yang ada tidak maksimal diarahkan untuk satu jenis tanaman, tetapi beraneka tanaman sehingga hasilnyapun tidak maksimal. Tanaman sering berumur tua yang tidak mau diremajakan.

Banyak petani pekebun juga yang sering berpikir pendek, yaitu dengan memanfaatkan lahannya hanya untuk menanam padi gogo (padi lahan kering), sehabis padi itu lahannya ditelantarkan. Dan pepohonan yang ditanam jarang yang bisa tumbuh tinggi karena sapi serta ternak lainnya tidak dikandangkan.

Demikian pula lahan kebun dan tegalan selama ini kurang diperhatikan karena fokus dari kalangan petani adalah budidaya tanaman padi. Tanah-tanah yang subur dialokasikan untuk padi dan dipaksa ditanam sepanjang tahun. Sedangkan lahan tegalan sering ditanami singkong yang panen setahun sekali, yang harganya tidak bisa mendongkrak nasib petani.

Pengembangan dalam sekala luas

Indonesia mendesak untuk bisa mengembangkan durian dan buah tropis lainnya dalam sekala luas dan memperjuangkannya ke pasar luar negeri agar bisa mengimbangi impor buah selama ini, khususnya dari China. Impor buah dari China tidak bisa dihindari karena memang sulit dibudidayakan di Indonesia yaitu apel, pir, anggur dan jeruk mandarin yang sering dipajang di setiap pedagang buah.

Dan dalam hubungan dengan China defisit perdagangan RI dari Januari sampai April 2020 menurut BPS adalah US$ 4,48 miliar atau sekitar 62,7 triliun rupiah. Defisit ini diantaranya disumbangkan oleh impor buah. Sementara ekspor buah Indonesia tidak kuat bersaing di China dengan buah dari Thailand, Vietnam dan Malaysia.

Selain menderita dan mengalami defisit perdagangan, dari segi harga, buah durian juga termasuk kemahalan, sehingga dibutuhkan produksi durian dan buah yang banyak sehingga harga bisa tertekan dan terjangkau oleh orang kurang mampu, tetapi tetap menguntungkan petani pekebun.

Karena itulah dengan melihat kenyataan itu, dan dengan mempertimbangan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia maka kebijakan berikut ini sepertinya perlu segera untuk diimplementasikan;

Membuat road map 5 tahun ke depan

Apa yang ingin dituju serta bagaimana mencapainya perlu diformulasikan dalam sebuah road map atau peta jalan untuk 5 tahun kedepan. Dalam hal ini, target-target yang ingin dituju hendaknya bisa maksimal, jauh diatas target yang dibuat dan ditetapkan oleh Malaysia dan Thailand. 

Keberhasilan dalam pengembangan sawit bisa jadi contoh. Demikian pula dengan cara mencapai tujuan harus jelas dan bisa dilaksanakan mulai dari pengadaan bibit, tekhnis penanaman, perawatan tanaman, panen dan pasca panen sampai kebijakan harga produk.

Dan yang penting juga adalah bagaimana rencana promosi dan persaingan di pasar luar negeri.

Pengadaan bibit durian

Langkah segera yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas durian khususnya dan buah-buahan pada umumnya adalah dengan pengadaan jutaan bibit durian unggulan dan jutaan bibit buah tropis lainnya untuk ditanam di perkebunan rakyat yang sudah ada.

Dalam hal ini salah satu sumber pembiayaannya melalui APBN, yang bisa diupayakan dengan mengambil kebijakan yaitu pemberian setengahnya saja dari THR ASN dalam satu tahun, lalu setengahnya untuk pengadaan bibit buah. 

Untuk tahun anggaran 2020 misalnya, APBN memberikan THR pada ASN sebesar  Rp 29,382 triliun, maka tahun 2021 yang akan datang cukup diberikan setengahnya saja dari jumlah itu kemudian setengahnyya (14,5 triliun) untuk pengadaan bibit buah.

Kemudian APBDes juga dibebankan masing-masing desa sekitar 100 juta untuk 80 ribu desa di seluruh Indonesia, sebagai anggaran untuk pengadaan bibit. Demikian pula kabupaten dan provinsi sesuai dengan jumlah dan kemampuan APBDnya yaitu dari 1 milyar sampai 100 milyar untuk pengadaan bibit.

Sepertinya ini tidak sulit kalau Presiden niat dan mau melaksanakannya. Dan dampaknya setelah 5 tahun kedepan akan luar biasa, Indonesia akan makmur, sehingga tidak perlu menunggu tahun 2045 untuk Indonesia maju. Apalagi kalau dana puluhan triliun untuk bibit itu dianggarkan selama 5 tahun berturut-turut.

Penggalangan dana untuk pengadaan bibit buah

Selain dari APBN, APBD dan APBDes, pendanaan untuk pengadaan bibit buah bisa juga dengan mengerahkan CSR yang berasal dari BUMN, BUMD maupun perusahaan swasta. Termasuk juga dari perorangan untuk digerakkan ikut menyumbang, sebagaimana untuk dana penanggulangan virus corona atau covid 19. Karena ‘virus’ kemiskinan juga termasuk sangat berbahaya.

Persiapan penerima bantuan bibit

Selama ini kegagalan dalam pemberian bantuan bibit kepada petani adalah karena ketidaksiapan penerima. Akibatnya bibit sering asal tanam, tidak mengindahkan prosedur dan tekhnis bdidaya yang seharusnya. 

Lalu bisa disebabkan juga karena waktu pemberian bantuan yang tidak tepat, misalnya di akhir musim hujan atau pada waktu musim panas, jelas tanaman tidak akan bisa tumbuh baik kalau tidak cukup air. Termasuk juga karena bibit yang diberikan terlalu kecil yaitu ketinggian hanya 10 sampai 20cm.

Untuk model bantuan yang diusulkan disini, seharusnya petani sudah siap menerima bantuan sebelum bantuan diterima. Yang pertama adalah petani diminta mengusulkan atau mendaftar jumlah bibit yang dibutuhkan untuk lahannya kepada petugas atau ke pemerintah desa. 

Sesuai dengan jumlah yang diminta itu sebelumnya sudah dipersiapkan lubang tanam dengan kedalaman 60 cm dan diameter 60 cm. Dan disebelahnya juga sudah siap pupuk kandang dan pupuk kompos. 

Kemudian ketersediaan sumber air untuk penyiramannya di musim panas, karena durian sangat tergantung dengan keberadaan air. Untuk memastikan sudah tersedia itu maka harus dibuat Surat Pernyataan tentang keberadaannya yang mengetahui Kadus ataupun Kades.

Kemudian seperti produk elektronik, bantuan bibit juga wajib disertai panduan penanaman dan perawatan.

Menugaskan BUMN dan BUMD untuk mengembangkan usaha perkebunan dalam sekala luas termasuk dengan memanfaatkan tanah terlantar

BUMN ataupun BUMD yang bergerak di klaster agrobisnis, hendaknya diarahkan untuk menggerakkan perkebunan buah termasuk durian dalam sekala luas (sampai ribuan hektar) di seluruh daerah, yaitu selain untuk meningkatkan produksi, terutama juga sebagai tempat belajar atau contoh bagi petani.

Dalam hal ini, keberadaan tanah terlantar atau lahan tidur yang dimiliki oleh negara hendaknya segera bisa dimanfaatkan untuk usaha perkebunan. 

Tanah terlantar selama ini adalah tanah yang memiliki izin Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, yang sudah habis masa berlakunya atau tidak dimanfaatkan oleh pemilik izin. 

Menurut Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN) luas tanah terlantar yang telah diidentifikasi mencapai 2.050.088 hektar.

Mengajak swasta untuk mau investasi pada perkebunan buah

Awal tahun 2020 ini perkembangan di Malaysia sebagai penghasil durian musang king, memperlihatkan kecendrungan perusahaan sawit mulai investasi di kebun durian. 

Menurut Channel News Asia hitungan disana memperlihatkan untung di durian lebih tinggi 10 kali ketimbang sawit. Dengan investasi sebesar US$2,388, maka di tahun kelima akan bisa mendapatkan hasil sebesar US$1.796, dan akan meningkat terus pada tahun-tahun berikutnya.

Seharusnya di Indonesia juga seperti itu, perusahaan swasta bergerak di perkebunan buah, karena menurut pengamat durian di Malaysia, penduduk China yang 1,4 milyar orang, masih kurang dari 1%-nya yang bisa mengkonsumsi durian musang king. 

Artinya peluang pasar buah kedepan masih sangat menjanjikan. Dan ini sesuai juga dengan ajakan presiden Jokowi, yaitu agar pengusaha sawit di Indonesia mempertimbangkan untuk memilih kebun durian sebagai alternatif invstasi.

Menetapkan durian unggul dan mempromosikannya

Dari belasan jenis durian yang dikatagorikan unggul di Indonesia, perlu dikerucutkan menjadi 3 atau 5 jenis yang super unggul, untuk dijadikan merek terkenal. Dan durian unggul ini diprioritaskan juga untuk diperbanyak dan ditanam di setiap daerah.

Kemdian seperti yang dilakukan Thailand promosi yang intensif terus diupayakan agar produknya dikenal dan diminati oleh pasar. Maka strategi Thailand itu sepertinya perlu dipelajari.@

Refference;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun