Nama Djarot Saiful Hidayat kembali moncer. Terbaru, mantan Wali Kota Blitar ini digadang-gadang akan maju sebagai calon gubernur Sumatera Utara pada Pilkada 2018 mendatang. Sebelumnya, Djarot menjadi populer di Kalimantan Timur semenjak ditunjuk DPP PDI Perjuangan menggantikan posisi Doddy Rondonuwu sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD PDI Perjuangan Kaltim. Alhasil, nama Djarot dikabarkan bakal turun ke gelanggang pemilihan gubernur Kaltim 2018.
Seperti kita ketahui, popularitas Djarot sudah tidak diragukan lagi sejak berduet dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai nahkoda Ibu Kota. Hampir semua masyarakat kenal dengan Djarot, apalagi semenjak Ahok dipidana akibat kasus penistaan agama. Alhasil, Djarot harus "jomblo" menyelesaikan permasalahan Jakarta yang sangat kompleks yang mampu diselesaikannya dengan baik.
Kualitas Djarot sebagai kepala daerah telah teruji. Sebagaimana kita ketahui, pria berkumis itu menjabat sebagai Wali Kota Blitar pada medio tahun 2000 hingga tahun 2010. Di bawah kepemimpinannya, kota yang menjadi tempat peristirahatan Presiden I RI, Soekarno tersebut menjadi modern dan humanis. Saat menjadi nahkoda Blitar, Djarot yang dikenal dengan kebijakan membatasi mal bertingkat dan gedung pencakar langit. Untuk menata kota, pedagang kaki lima ditata sedemikian rupa dengan konsep yang matang.
Alhasil, Djarot menerima berbagai penghargaan atas kontribusi sebagai Wali Kota Blitar. Djarot pernah menerima Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah di tahun 2008. Selain itu, dia juga menerima Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan Anugerah Adipura selama 3 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2006, 2007, dan 2008.
Saat Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, sejumlah nama disodorkan oleh PDI Perjuangan sebagai pendamping Ahok, termasuk salah satunya Boy Sadikin. Ahok menjatuhkan pilihan kepada Djarot. Menurut Ahok kala itu, dirinya begitu senang saat PDI Perjuangan menyetujui Djarot untuk posisi wakil gubernur. "Saya sangat beruntung, Ibu Mega DPP, DPD PDI Perjuangan, sama pilihannya dengan yang saya minta, Pak Djarot. Kebetulan Pak Boy juga keberatan merangkap wagub dan ketua DPD. Jadi dia pilih ketua DPD. Jadi ya udah," kata Ahok.
Perjalanan Djarot menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta dipenuhi drama dan lika-liku. Salah satunya saat majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara memutuskan Ahok divonis dua tahun penjara atas kasus penistaan agama. Hampir tiga tahun Djarot mendampingi Ahok sebagai wakil gubernur. Djarot pun harus sendirian menahkodai Jakarta.
Duet Ahok-Djarot kinerjanya cukup kinclong. Saat ini, kemajuan Jakarta semakin terlihat, Indeks Pembangunan Manusia semakin meningkat, wajah kota semakin cantik, banjir sudah mulai jarang terjadi. Jakarta menjadi salah satu Provinsi berkinerja terbaik secara nasional dengan mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha. Penghargaan itu diberikan berdasar hasil evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (EKPPD) tahun 2016 terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) 2015.
Menerima penghargaan tersebut, Djarot tak ingin jumawa. Dia mengatakan, orientasi Pemprov DKI Jakarta adalah pelayanan kepada warga Jakarta. "Sekali lagi orientasi kami bukan untuk merebut berbagai macam piala penghargaan. Orientasi kami mengabdi memberikan pelayanan pada rakyat. Kemudian kita menjaga proses pemerintahan berjalan dengan baik termasuk laporan pemerintahan yang baik," ujar Djarot setelah mendapat penghargaan tersebut beberapa waktu lalu.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah menyatakan apresiasinya terhadap kinerja Djarot Saiful Hidayat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang dilakukannya sendirian."Dari Pak Jokowi kemudian dilanjut Pak Ahok dan diselesaikan oleh Pak Djarot selama enam bulan ini banyak kinerjanya yang perlu diapresiasi. Selama enam bulan Pak Djarot ini jomblo," ujar Saefullah dalam sambutannya di acara pelepasan Gubernur DKI Jakarta medio Oktober 2017.
Ia melanjutkan, selama lima tahun menjabat banyak prestasi maupun penghargaan yang diberikan kepada pemerintahan Jokowi-Ahok-Djarot. Banyak terobosan-terobosan baru yang semuanya demi kepentingan rakyat dan perlu diapresiasi. "Djarot mengesampingkan sejauh mungkin adanya diskriminasi. Beliau adalah orang yang sangat Nasionalis. Cinta tanah air dan rakyatnya. Beliau juga memiliki kepemimpinan yang transparan dan akuntabel," katanya.
Kabar majunya Djarot sebagai Cagub Sumut tentunya harus disambut gembira. Dengan kapasitas dan kemampuan Djarot, diharapkan bisa menularkan kesuksesan dan kemajuan Blitar dan DKI Jakarta ke Sumut. Semoga!!!