Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi. Saat ini, generasi milenial dapat dengan mudah mendapatkan referensi di dunia maya. Mereka cukup duduk di depan komputer atau memegang gawainya untuk mendapatkan informasi baik melalui laman situs ataupun buku online. Kondisi ini, tentu menyebabkan industri penerbitan mengalami masa suram.
Namun, hal ini tidak menjadi kendala bagi penerbit untuk menerbitkan buku yang mengangkat sosok Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno. Seperti kita ketahui, pemikiran-pemikiran Sukarno tak pernah tergerus oleh kemajuan zaman. Meski banyak buku yang bertemakan Sukarno, tetap saja menarik untuk mengangkat aspek-aspek kehidupan dari Sang Putra Fajar.
Kamis (30/11) majalah Historia berkolaborasi menerbitkan seri buku Sukarno. Ketiga seri tersebut antara lain berjudul; "Mengincar Bung Besar", "Ho Chi Minh & Sukarno", serta "Kennedy & Sukarno". Peluncuran buku tersebut, terasa lengkap dengan kehadiran putri Bung Karno, Megawati Sukarnoputri yang turut menjadi pelaku sejarah yang tertuang dalam buku tersebut.
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Budiman Tanuredjo mengungkapkan pentingnya penerbitan buku-buku mengenai Bung Karno. "Penerbitan buku-buku ini penting agar generasi muda mengetahui sejarah Bung Karno yang akurat. Kini generasi milenial punya perpustakaan terbuka bernama Google, namun kita tidak tahu tingkat akurasinya," ujarnya.
Megawati sangat mengapresiasi terbitnya ketiga buku ini. Sebagai pelaku sejarah, Ketua Umum PDIP tersebut menceritakan pengalamannya ketika mengalami peristiwa mencekam bersama Bung Karno. Megawati mengungkap fakta tentang beberapa percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno.
Presiden kelima tersebut menceritakan peristiwa Cikini. Saat itu, Bung Karno dijadwalkan hadir dalam perayaan ulang tahun Sekolah Cikini yang diselenggarakan di Perguruan Cikini di Jalan Cikini, Nomor 76, Jakarta Pusat. Putera-puteri Sukarno pun tercatat menjadi murid di sekolah tersebut, Sekolah Rakyat Cikini.
"Saat itu saya bertugas menjaga pameran, kakak dan adik-adik saya juga (bertugas menjaga hal lain). Lalu Bung Karno mengunjungi saya sebagai orangtua," katanya.
Dua pelaku peristiwa Cikini yang mengaku sebagai korban cuci otak itu mengetahui rencana kehadiran Sukarno di sekolah tersebut. "Kedua pelaku itu luluh melihat Bung Karno kewalahan dipeluk anak-anak kecil," kata Megawati.
Karena terharu menyaksikan pemandangan tersebut, kedua pelaku telat melempar granat dari waktu yang sudah ditentukan sebelumnya. Akhirnya, granat gagal menarget Sukarno dan justru menyasar warga sekolah Cikini serta pasukan pengamanan presiden. Tercatat, tujuh orang tewas dalam peristiwa tersebut.
Dosen komunikasi Universitas Atma Jaya Andina Dwifatma mengungkapkan untuk bisa mendapat perhatian generasi saat ini, sejarah mesti direlasikan dengan hal-hal yang dekat dengan mereka. Sudah menjadi sifat alami manusia untuk menyukai sesuatu yang berhubungan dengan pribadinya. Salah satunya dengan cara mengisahkan sejarah dalam bentuk media baru seperti film. "Kisah percobaan pembunuhan terhadap Sukarno bisa menjadi serial film. Akan sangat menarik menikmati sejarah yang berbau thriller seperti ini dalam bentuk film," ungkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H