Mohon tunggu...
HARIAN INDONESIA
HARIAN INDONESIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - JURNALIS INDEPENDEN

Amanat Hati Nurani Rakyat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Hanya Tahun yang Berganti, tapi Tidak dengan Kondisiku Ayumi

2 Januari 2024   01:31 Diperbarui: 2 Januari 2024   01:38 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan Kamera Penulis.

Hujan turun di hari pertama Januari, kabut awan menyelimuti perkampungan diiringi tiupan angin pelan tanpa debu-debu sesak perkotaan. Di kampung inilah mimpi itu dirangkai, membentuk sebuah lintasan berbukit untuk ditapaki, didaki,dijalani.

" Hidup ini memang menyimpan misteri, itulah sebabnya manusia tak berhenti mencari. Ada yang sampai mati tapi tak kunjung sampai dan menemukan jati diri, ada juga yang gila mengumpul materi hingga lupa bahwa itu tidaklah abadi."

Beberapa dari kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kita itu sedang sakit, ada yang setiap hari dihantui penyesalan dan tak sadar bahwa penyesalan tak memberikannya apa-apa selain rasa sakit, ada juga yang gemar menghakimi diri sendiri seakan Dunia yang ia jalani tak pernah adil.

Bahkan yang lebih parah adalah mereka yang dibutakan dengan ambisi, saking ambisnya dia mengorbankan yang lain demi tujuan pragmatis dirinya sendiri.

Dunia ini menakutkan Ayumi, setiap yang lemah akan menjadi santapan pagi para bandit, tak sedikit dari mereka menjadi korban kekerasan, penindasan dan perampasan hak hidup tapi tak mendapat perhatian serius dari negara, bahkan sialnya lagi negara justru melegitimasi itu semua.

Penguasa dan slogan NKRI harga mati terhegemoni secara massif, siapa yang tidak harga mati akan di anggap separatis dan mengancam NKRI, di media terdengar terdengar  teriakan oligarki " Demi Negara, Kami Akan menghalalkan segala cara untuk Menjadi kaya raya, Demi Negara Kami Akan Foya-foya"

" Januari kali ini memang berbeda, Hambar tanpa semangat dan euforia, memang menjadi dewasa sesepi ini, tak ada teman bercanda, tak ada penjelajahan ke gunung gunung, tak ada lagi waktu menikmati senja tenggelam bersama kawan-kawan, kita dipisahkan oleh masa dan semua berjalan sesuai tujuan hidup masing-masing."

Setelah memasuki usia yang tak lagi remaja, sepertinya saya semakin menyadari banyak hal tentang bagaimana manusia hidup, bagaimana manusia dengan kecemasannya, bagaimana kita dimakan waktu dan dijajah rasa takut, semua kompleks, dan pada akhirnya kita berhenti sejenak karena menemui jalan buntu, dewasa ternyata lebih menyeramkan dari mitos hantu penunggu di WC sekolah dulu.

Ayumi, inilah yang sedang kurasakan saat ini, aku selalu berfikir kapan takdir baik berpihak kepadaku, Detik demi detik, jam ke jam dan tahun-tahun aku memaksa diri ini untuk menerima semua kondisi, berharap akan ada hari baik, dimana aku telah menyiapkan semuanya untukmu dan kita akan menjalani hidup bersama sebagai dua manusia yang saling memahami, berbagi rasa, merawat cinta hingga kita renta dan mati. Sebagai manusia yang pernah merasakan indahnya bangun pagi bersama yang terkasih. 

" Aku terjebak dalam hayalan semu Ayumi, bila diberikan pilihan, aku lebih memilih hidup dalam fantasi dimana aku bebas dan tak harus cemas mengenai kenyataan hidup dan segala tetek bengek tentang hidup yang ideal menurut mereka mereka yang tak pernah ada di situasi ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun