Mohon tunggu...
Agus Maulana
Agus Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Mahasiswa Akhir Yang Putus Asa Setiap Hari.

Selanjutnya

Tutup

Book

Nawal El Saadawi, Perempuan Mesir yang Melawan

3 Juli 2023   06:45 Diperbarui: 3 Juli 2023   06:48 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Agus Maulana 

Berbicara tentang perempuan dan segala penderitaan yang dialaminya memang menjadi problem serius yang tak bisa diremehkan, tak henti-hentinya berbagai macam berita yang terdapat di dunia Maya mengenai perempuan dan kekerasan yang dialaminya terus menerus membanjiri beranda saya setiap kali membuka media sosial, baik itu Instagram, YouTube, Facebook, dan juga Notifikasi google yang masuk tanpa memberi salam seperti anak nakal yang tak tau tatak krama.

Tidak hanya di dunia maya, bahkan beberapa bulan lalu, terkhususnya di sebuah institusi pendidikan tinggi agama yang saya tidak sebutkan namanya, pernah saya dapati slayer yang bertebaran di setiap sudut yang bertuliskan "Stop Kekerasan Seksual" fenomena ini mencengangkan saya hingga saat saya pulang dan berada dirumah, saya masih dihantui oleh kalimat itu dan akhirnya bertanya kepada diri sendiri bahwa "apa ia sebuah instansi pendidikan tinggi agama ada peristiwa seperti itu? Astaghfirullah nih pelaku kerjanya ngapain sih, padahal setiap hari nasehat-nasehat agamis di kampayein ama petinggi, di satu sisi juga rata-rata tampilan mahasiswa,dosen,dan elite seperti rektor kan syar'ih dan sesuai ketetapan MUI, lah kenapa nih predator bisa aja ngelakuin aksi bejat begini, heraaan."

Karena gabut dan tak tau mau ngapain malam itu, akhirnya iseng buka Hp dan tidak sengaja nemuin PDF buku yang judulnya"Perempuan di titik nol."

Perempuan di titik nol, atau yang berjudul"Women at Point Zero" merupakan karya Nawal el-Saadawi yang diterjemahkan Amir Sutaarga kebahasa Indonesia merupakan sebuah karya luar biasa dan mengisi kegabutan saya malam itu. 

Buku karangan Mesir ini, Nawal el-Saadawi (yang adalah seorang dokter) berjudul Perumpuan di Titik Nol akan mengejutkan banyak pembaca di Indonesia. Yang punya riwayat jantung diharapkan hati-hati.

Mesir termasuk salah sebuah negeri dan masyarakat Arab dan Islam yang melakukan modernisasi jauh lebih dahulu dari negeri- negeri Arab dan Islam lainnya di Asia Tengah. Kehadiran buku Nawal el-Saadawi ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan Mesir untuk merebut kedudukan dan hak-hak yang sama, dan lebih penting Iagi untuk mendapat perubahan nilai dan sikap kaum lelaki Mesir terhadap 

perempuan, masih belum sepenuhnya tercapai. Moctar Lubis(baca: perempuan di titik nol) 

Nah sebelum kita membahas lebih jauh terkait isi sederhana yang saya paparkan dari buku ini, alangkah baiknya pembaca istighfar dlu "Astaghfirullah." Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim pembahasan kita mulai dari...3...2..1 

" Betapapun juga suksesnya seorang pelacur, dia tidak pernah dapat mengenal semua lelaki. Akan tetapi, semua lelaki yang saya kenal, tiap orang di antara mereka, telah mengobarkan dalam diri saya hanya satu hasrat saja: untuk mengangkat tangan saya dan menghantamkannya ke muka mereka. Akan tetapi karena saya seorang perempuan, saya tidak merniliki keberanian untuk melakukannya. Dan karena saya seorang pelacur, saya sembunyikan rasa takut saya di bawah lapis-lapis solekan muka saya."

Melalui kutipan di atas, Nawal menggambarkan kepada kita betapa menderitanya perempuan di saat ketakutan menguasainya, dan itu juga yang menyebabkan sebagian besar perempuan di seluruh dunia ketika mendapatkan kekerasan dari laki-laki atau dalam konteks rumah tangga ia mengalami KDRT oleh suaminya, justru ia memilih menerima dan menjalaninya dikarenakan ketakutan akan perceraian mungkin atau adanya ketergantungan sang istri perihal ekonomi ataupun anak dan keluarganya, sehingga ia memilih diam tanpa perlawanan sama sekali. 

" Saya dapat pula mengetahui, bahwa semua yang memerintah adalah laki-Iaki. Persamaan di antara mereka adalah kerakusan dan kepribadian yang penuh distorsi, nafsu tanpa batas mengumpul duit, mendapatkan seks dan kekuasaan tanpa batas. Mereka adalah lelaki yang menaburkan korupsi di bumi, yang merampas rakyat mereka, yang bermulut besar, berkesanggupan untuk membujuk, memilih kata-kata manis, dan menembakkan panah beracun. Karena itu, kebenaran tentang mereka hanya terbuka setelah mereka mati, dan akibatnya saya menemukan bahwa sejarah cenderung mengulangi dirinya dengan kekerasan kepala yang dungu. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun