Mohon tunggu...
Agus Mulyadi
Agus Mulyadi Mohon Tunggu... lainnya -

Blogger, penulis, dan Freelance Layouter. Asli Magelang, bukan peranakan. Juga menulis di www.agusmulyadi.web.id

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Hewan-hewan dalam Umpatan

8 Oktober 2013   19:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 3317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam urusan Umpatan, Selain Bajingan, Bangsat, Bedebah, dan sebangsanya, masih masih banyak lagi umpatan yang bisa cukup menyakitkan pendengarnya. diantaranya adalah kata-kata umpatan yang mengambil nama hewan, Umpatan ala Kingdom Animalia ini cukup populer di kalangan para pengumpat alias umpatlovers. Ndak percaya? Silahkan saja. Saya ndak maksa kok.

Dalam lingkungan pergaulan masyarakat jawa, umpatan sangat erat hubungannya dengan kata Asu dan juga Celeng. Asu (anjing) adalah hewan yang menjadi trademark umpatan terkotor nomor dua, nomor wahid masih tetap ditempati oleh Celeng (babi hutan), dan sampai sekarang belum tergoyahkan. Maka tak heran jika kerap saat orang kalap dengan emosi yang teramat luber, dia akan berkata "Asu kowe" atau "Celeng kowe" kepada sang lawan amarahnya.

Saking kotornya kata Asu dan celeng ini, sampai-sampai dalam contoh pun, banyak anak yang tak berani mengatakannya dan lebih nyaman menggantinya dengan kata "si kaki empat" (Padahal yang namanya kaki empat itu kan banyak sekali, bisa saja kursi, atau meja, atau yang lainnya).

Kedua hewan ini secara tak langsung sudah mengotori citra baik hampir semua hewan, bayangkan, ketika seseorang berkata kotor dengan umpatan celeng atau asu, maka pihak lain mungkin akan mengatakan "wah, itu mulut apa kebun binatang ya?" Helllooo... Please deh, Kebun binatang itu punya banyak sekali koleksi hewan, bukan cuman anjing dan babi, apa sih dosa hewan-hewan penghuni bonbin selain anjing dan babi sehingga anda sampai membangun image jelek pada mereka? #Eh, perasaan Babi sama anjing juga ndak punya dosa kan sama anda? *cukup

Dalam perpektif Islam, Baik Asu maupun Celeng memang sama-sama haram, namun saya memandang Asu lebih punya harga diri, sebab setidaknya, masih lebih banyak orang yang memelihara Asu sebagai hewan peliharaan ketimbang Celeng, sejauh yang saya tahu, sangat sedikit orang yang memelihara celeng, itupun bukan sebagai peliharaan, melainkan sebagai ternak yang dimanfaatkan dagingnya.

Untuk peringkat ketiga daftar hewan trademark umpatan, selayaknya disandangkan pada Kadal, karena hewan bernama latin Mabuya multifasciata ini ternyata kerap juga diucap sebagai umpatan, hanya saja sikonnya bukan untuk umpatan yang menunjukkan "kebajinganan", melainkan umpatan yang lebih pada mengacu sifat kelicikan. Contohnya umpatan cen kadal kok kowe, (kamu memang kadal) yang disematkan pada seseorang yang ketahuan main serong atau mengambil pacar kawan sendiri. Kadang saya berfikir, apa benar si kadal selicik itu? ah, sudahlah.

Untuk mulut jawa, Kata Kadal akan terasa lebih menyakitkan saat diucapkan menjadi Kadial (ada sedikit pengucapan vokal i antara huruf d dan a yang dibaca tipis).

Kadal ini memang hewan tanggung, dibilang menjijikkan ya tidak, tapi dibilang hewan bersih juga kurang pantes. Pokoknya medioker lah.

Nah, Dan di urutan 4 besar paling buncit, ditempati oleh.... jangkrik. Ya, jangkrik. Hewan kecil nan imut ini ternyata juga sering digunakan sebagai kata umpatan. Bahkan konon, jauh sebelum Kasino mempopulerkan kata jangkrik di film Chips di tahun 80-an, kata jangkrik ini sudah populer di kalangan masyarakat Jawa, terutama Jawa Timuran.

Jangkrik terbilang sebagai kata umpatan yang cukup sopan, karena memang jangkrik kebanyakan digunakan untuk menggantika umpatan asu, celeng, atau umpatan lain yang terdengar sangar sarkasmis.

Untuk hewan selain empat itu, hingga kini saya belum menemukan yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun