Mohon tunggu...
Lilik Agus Purwanto
Lilik Agus Purwanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

belajar, belajar, mari terus belajar follow twitter: @aguslilikID web: http://aguslilik.info

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

SBY "Politiki" Megawati

12 Mei 2015   14:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431416004165278184

[caption id="attachment_416917" align="aligncenter" width="318" caption="elit PDIP & Demokrat (kompas.com)"][/caption]

Foto Jajaran petinggi Partai Demokrat dan PDIP yang diunggah oleh akun milik Ani Yudhoyono yang terdiri dari Megawati Soekarno Putri, Ibas, Sarif Hasan, dan beberapa petinggi Demokrat-PDIP lainnya. Kehadiran petinggi PD itu tidak lain adalah menyampaikan undangan kepada Megawati untuk dapat hadiir dalam pembukaan kongres Partai Demokrat yang akan dibuka nanti malam di Surabaya.

Di tempat yang lain sebagaimana dirilis oleh detik.com, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan bahwa Megawati tidak dapat memenuhi undangan pembukaan Kongres PD tersebut dengan alasan masih terdapat agenda partai yang masih padat, tukasnya. Namun untuk menghormati undangan tersebut, Megawati mengutus salah satu pengurus partai untuk mewakili ketua umum yang surat tugasnya ditandatangani langsung oleh Megawati.

Tentunya ini menarik perhatian kita mengingat hubungan SBY-Megawati yang hingga saat ini masih berjarak karena persoalan politik masa lalu. Tidak kali ini saja tim SBY mencoba untuk merapat kepada Megawati dan berharap dapat terjalin komunikasi yang selama ini berjarak, bahwa dalam video yang diunggah di Youtube SBY  menyampaikan, "Saya kira seluruh rakyat Indonesia ingin kerja sama parpol itu terjalin dengan baik-baik saja. Meskipun posisi politiknya berbeda, bisa saja pandangannya tidak sama tapi tidak harus bermusuhan. Dan kalau kerja sama PD dan PDIP itu berlangsung dengan baik, apabila silaturahim saya dengan Ibu Mega kembali terjalin dengan baik pula, tentu ini membawa kebaikan bagi politik di negeri ini."

Strategi Lempar Kail

Saya menangkap upaya rekonsiliasi antara SBY dan Megawati tidak sepenuhnya ikhlas. Yang saya amati, beberapa kali upaya yang dilakukan oleh SBY dalam melakukan pendekatan, selalu mengunakan cara-cara yang serupa, yakni mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan politik, dan berharap Megawati bersedia untuk menghampiri SBY demi sebuah rekonsiliasi. Strategi lempar kail (mengirim orang) dengan harapan Megawati akan memenuhi undangan untuk hadir pada acara yang dihelat oleh SBY nampaknya dibaca dengan baik oleh Megawati sebagai upaya SBY membangun opini bahwa Megawati yang berkeinginan membangun rekonsiliasi.

Cara yang dilakukan SBY ini tergolong cerdik, mengapa demikian? Dengan mengirim utusan menemui Megawati, seakan-akan terbangun opini publik bahwa posisi SBY lebih tinggi dibanding Megawati. Dengan demikian, jika Megawati berkenan hadir, maka dari sudut pandang politik Megawati memiliki posisi di bawah SBY, dan tentunya bagi seorang politisi ulung seperti Megawati metode itu mudah sekali dibaca, dan tidak akan mudah bagi Megawati akan terjebak dengan situasi politik seperti itu.

Bagi seorang politisi sekaliber Megawati, bargaining politik penting untuk menempatkan posisi tawar partai, notabene posisi Megawati adalah seoarang ketua umum. Apa lagi dalam pemilu kemarin PDIP lebih unggul dalam pemilihan suara sekaligus saat ini partai pemegang pemerintahan. Tentunya, jika Megawati menuruti cara yang dilakukan oleh SBY, maka secara politik itu bernilai rugi.

Keadaan semakin tidak baik, manakala dalam menanggapi dan penyampaian harapan agar undangan kepada Megawati dapat dipenuhi dengan argumentasi rekonsiliasi kebangsaan, akan semakin membuat Megawati meradang dan bisa saja itu akan membawa kerugian bagi Partai Demokrat sendiri. Penyampaian himbauan dalam bentuk video yang diunggah di Youtube akan dinilai oleh publik SBY tidak serius mengundang Megawati dan terlalu arogan sekaligus meremehkan Megawati.

Jika undangan SBY tersebut adalah murni tidak memiliki tendensi permainan politik sebagaimana disampaikan di atas, kejadiannya akan berbeda. Jika SBY datang secara langsung kepada Megawati, maka situasi penolakan itu tidak akan terjadi, dan bisa jadi justru kongres Partai Demokrat akan jadi ajang silaturahmi sebagaimana yang dilakukan oleh Partai Amanat Nasional baru-baru ini.

Kehadiran Jokowi Sebagai Kepala Negara

Sebagaimana berita yang direlease oleh kompas.com, bahwa Jokowi telah mengonfirmasi akan hadir dalam kongres PD yang diselenggarakan di Surabaya itu. Berbagai spekulasi memang berkembang atas konfirmasi Jokowi tersebut mengingat Megawati lewat Sekjennya telah menyatakan tidak dapat hadir dalam acara tersebut. Spekulasi publik tentu dapat dimaklumi, kendati sebagai Presiden Jokowi adalah kader PDIP yang notabene ketumnya sendiri memastikan tidak akan hadir.

Perlu kita pahami, posisi Jokowi saat ini saat ini adalah seorang presiden Indonesia, sekaligus kepala negara. Dalam hal posisinya itu, tentunya ada kewajiban moral Jokowi untuk memenuhi undangan berbagai macam kelompok dan partai, kendati itu oposisi sekalipun, karena sebagai warga negara berhak memperoleh perlakuan yang sama. Berbeda dengan Megawati, Jokowi sebagai seorang Kepala negara adalah representasi pemimpin bangsa, dan bukan representasi PDIP semata.

Dengan demikian, kehadiran Jokowi dalam helatan yang diselenggarakan oleh Partai Demokrat tidaklah aneh, dan jauh dari tendensi dan spekulasi negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun