[caption caption="Akhir Perseteruan Golkar (liputan6.com)"][/caption]Sejak Pilpres 2014 digelar hingga kini, drama politik partai golkar banyak menyedot perhatian. Kepiawaian Golkar pantas diacungi jempol. Strategi politik pecah pangung yang dihadirkan Partai Golkar selalu membawa keuntungan bagi partai golkar dan memberikan gairah politik bagi kita yang mengamatinya. Bukan Golkar jika tidak pragmatis.
Drama-drama yang suguhkan dalam pangung politik sejak pilpres hingga kini banyak menyita perhatian kita semua. Saya mencatat berbagai dinamika yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun ini sejak dinamika Pilpres terjadi, pasang surut dan tarik menarik pengaruh, hingga klimaksnya kemarin pada saat keputusan MA tentang keabsahan kepengurusan siapa yang layak menahkodai partai pohon beringin ini. Berikut adalah catatan sekaligus pengamatan perkembangan partai Golkar dari mulai terjadi dinamika pra Pileg hingga kini.
ARB Pegang Boarding Pass Tapi Gagal Terbang
Mengamati dinamika yang terjadi dalam tubuh partai sejak permulaan jelang Pileg (pemilihan Legislatif) telah terjadi dinamika yang cukup panas. Saya mencatat pertama kali tentang Skema awal pasangan calon (paslon) untuk di usung dalam pilpres. Dimulai sesumbar bahwa hanya dirinya (ARB) dan Megawati saja yang memiliki boarding pass untuk pencalonan. Namun pasca Pileg yang digelar pada bulan April memberikan kenyataan pahit kepada ARB dan sekaligus mengubur ambisinya untuk maju dalam Pilres. Perolehan hasil quick count yang ketika itu hanya 14% membuat ambisi ARB kandas di tengah jalan.
Bukan partai golkar jika tidak melakukan manuver. Pasca pileg digelar beberapa kali ARB melakukan safari politik ke berbagai fihak termasuk dengan kubu Prabowo dan Kubu PDIP. Dari sinilah politik pecah pangung kemudian dimulai. Pasca gagalnya pencalonan ARB dan turunnya perolehan suara partai Golkar membuat beberapa kader melakukan “selingkuh” politik ada yang secara terang-terangan deklarasi dukungan ke kubu KMP (koalisi prabowo-hatta) dan ada yang diam-diam masuk kedalam barisan KIH (koalisi Jokowi-JK).
Munas Partai Golkar: Demokrasi Ala ARB
Setelah memanas dalam Pilpres, partai golkar seakan-akan terbelah menjadi dua kubu, yakni kubu ARB dan Agung Laksono. Kubu ARB yang masih memiliki akar yang kuat kemudian mengelar Munas Partai Golkar ke IX yang dilaksanakan di bali. Ada pemandangan menarik dalam Munas ke IX partai Golkar ini. Dalam setiap pertarungan perebutan posisi orang nomor satu, partai Golkar sebelumnya selalu diramaikan oleh bursa calon lebih dari dua orang dan diusung oleh eksponen dan faksinya masing-masing, namun dalam pemilihan kali ini cenderung dikuasai oleh satu nama yakni ARB. Munculnya nama ARB yang mendominasi dalam arena Munas ini bukan terjadi begitu saja, namun sebelumnya telah terjadi dinamika keras sebelum diselenggarakan Munas di Bali ini.
ARB sebagai incumbent memiliki power yang lebih besar untuk mengendalikan kemenangan. Dari mulai perangkat penyelenggara, materi munas, hingga tata tertib persidangan dengan mudah mereka kuasai. Penguasaan ini penting untuk memastikan kemenangan ARB dalam pencalonannya kembali, dan sekaligus mendegradasi kesempatan lawan politiknya. Terbukti, dengan ketetapan baru yang mengharuskan adanya dukungan minimal 30% dari DPD I dan DPD II, serta mempercepat pelaksanaan Munas pada bulan desember ini, membuat lawan politiknya kelabakan, dan susah untuk melaksanakan konsolidasi.
Kendati masing-masing calon ketum yang akan maju memiliki basis masa di tingkat bawah, namun dengan power politik serta iming-iming kesempatan untuk menduduki posisi penting di tingkat DPD I dan DPD II, ARB mampu mengunakan situasi itu untuk mendulang dukungan, baik yang bersifat sukarela maupun dengan paksaan akan intimidasi posisi mereka dalam tubuh partai. soliditas tim pemenangan menjadi sangat penting ketika harus meraih dukungan politik dari seluruh DPD.
Dalam konteks sampai dengan penyelenggaraan munas dan ARB menjadi satu-satunya calon yang maju dalam bursa ketum ini, kelompok ARB menang 1-0 atas kelompok Presidium penyelamat partai. Analisanya, kubu presidium penyelamat partai, dalam waktu dekat akan melakukan manuver politik yang tidak kalah menarik untuk kita tunggu gerakannya. Bukan politikus golkar jika mereka tidak melakukan aksi serupa nantinya. Tentunya dinamika akan lebih agresif dan permainan akan lebih menarik, jika kaukus ini memainkan drama yang mungkin tidak pernah kita pikirkan. Keberadaan pihak luar juga turut menjadi bagian permainan politik di tubuh golkar nantinya. Kelompok Presidium Penyelamat Partai yang memang sedari awal mencoba membawa gerbong golkar merapat pada pemerintah berkuasa, tentunya akan mencoba menarik pihak luar (pemerintah) untuk memberikan tekanan-tekanan politik yang bisa dibilang menjadi menarik.
Golkar Berdamailah dan Lakukan Transformasi Dengan Baik