Saya akan memulai tulisan ini dengan menjelaskan siapa Bro Paijo. Paijo ini adalah sebuah nama anonim yang saya miliki sebagai pengambaran situasi pergolakan pemikiran dan batiniyah yang sedang berlansung dalam keseharian. Saya biasanya menyebut sebagai kang paijo dalam keseharian. Anonim kang paijo ini saya kembangkan mulai dari account saya di facebook dan berbagai account-account lain yang saya miliki. Sejujurnya pada awalnya saya mengunakan anonim kang paijo ini tanpa tujuan yang jelas, namun hanya sededar mengambarkan kenyelenehan cara berfikir dan kondisi batiniyah saya. Dan pada akhirnya saya mulai nyaman dengan anonim ini ketika rekan-rekan dan saudara-saudara saya banyak memanggil saya dengan kang paijo. Alasan lain dari kang paijo ini adalah sebuah pengambaran dari berkecamuknya persoalan sosial, ekonomi, politik, dan indeologi yang bangsa ini pahami. Saya mencoba menghadirkan kang paijo ini sebagai sosok yang nyeleneh, jenaka, namun tetap memiliki prinsip dan idealisme yang membumi tentang ke Indonesiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari kang paijo ini adalah seorang pegawai biasa yang memiliki pemikiran aneh, suatu ketika harus mengebu-ngebu untuk mewujudkan visinya, namun kadang bingung ditenggah jalan. Kang paijo selalu memiliki keyakinan dan mimpi akan sebuah kesuksesan, bahkan terkadang kang paijo juga sering ngelindur jadi pengusaha. Disisi lain kang paijo ini kepincut jadi politisi, dan yang lebih nyeleneh lagi kang paijo ini sering berimajenasi menjadi agen khusus seperti james bon. Terkadang untuk memuaskan hasratnya, kang paijo rajin membaca berita politik, ekonomi, dan terkadang juga budaya (maklum mimpi jadi intel itu berat syaratnya). Keseharian kang paijo ini ya tukang update berita-berita dari yang headline media masa sampe berita-berita ngak penting. Entah untuk apa kang paijo ini berbuat demikian, padahal dari apa yang dia baca dan dalami itu semata-mata untuk konsumsi pribadi saja, ya paling-paling untuk bahan obrolan dan analisa ala warung kopi. Bagi kang Paijo hidup ini kan berproses, ngak tau bakalan jadi apa besok, namun bagi kang paijo apa yang dibaca, diamati, dianalisa suatu saat akan berguna, minimal ya itu tadi buat bahan obrolan warung kopi.
Nah sekarang kang paijo akan berusaha mengajak rekan-rekan senasib sepenanggungan untuk berdialog dalam bahasa-bahasa kritikal, sufisme, dan nyeleneh ala kang paijo. Ide besar yang dimiliki oleh Kang Paijo adalah sebuah ke Indonesiaan yang aman, tentram, sejahtera dalam rangkaian keberagamaan tentang budaya, agama, suku, dan adat. Pemikiran ini bermula dari sebuah pergulatan filosofi kehidupan bahwa hidup itu misteri dan yang pasti harus “migunani” bagi orang lain. Berawal dari petualangan kang paijo dari bangku kuliah di Semarang, berlanjut dengan bertemu dengan orang-orang yang nyeleneh sampai berguru sekaligus bekerja dengan seorang tokoh penting yang memiliki idealisme tentang ke Islaman dan ke Indonesiaan. Perjalanan pemikiran kang paijo bermula pada saat kebingungan dalam mengejawantahkan kehidupan sufistik dalam kehidupan, karena keyakinan terpenting yang dimiliki kang paijo adalah dalam diri manusia bersemayam keagungan Tuhan yang Maha Kuasa, dimana dalam setiap detik perjalan manusia itu mengandung unsur pesan-pesan ketuhanan yang dirangkai dalam sebuah dialog keseharian. Tugas utama kehidupan adalah seberapa peran manusia menjalankan pesan-pesan keillahian dan berbuat baik dalam sesama. Dialisme inilah yang membimbing kang paijo mengarungi kehidupan yang terkadang manis, getir, ketawa, sedih, dan tidak jarang juga galau.
Pada awal ini saya akan menceritakan kehidupan kang paijo pada masa ngemper di Semarang. Lagi-lagi atas keberuntungan yang diberikan Allah SWT, kang paijo secara mengagetkan mendapat panggilan untuk sekolah di Semarang. Dalam perjalanan di Semarang inilah bermula cerita pencarian seorang paijo. Kang paijo berproses dalam sebuah dialektika keseharian dalam kampus, organisasi, dan lingkungan. Masih dalam rangkaian perjalanan mencari kang paijo, diceritakan dalam suatu ketika kang paijo saking stres nya dalam menjalani pergolakan pemikiran dan keadaan ekonomi, selama enam semester lamanya kang paijo edan dengan pencarian yang ngak jelas tujuannya, mulai dari membaca buku sufisme ala Gede Prama, melakukan perbandingan budaya, membaca buku kebijaksanaan ala Taofisme, sampai-sampai ngelmu kanuragan pun dipelajari. Singkatnya pada suatu ketika kang paijo mengalami kepusingan luar biasa dan tidak sadar bahwa jam 2 siang memutari lapangan simpang lima layaknya orang edan. Pada saat itu pula kesadaran dari sebuah berjalanan menemukan kesimpulan yang penting sebagai bekal kang paijo menjalani kehidupan. Tiba-tiba tidak terasa manjing sholat ashar, karena lokasi simpang lima itu tidak jauh dari masjid Baiturrahman, maka kang paijo berhenti sejenak untuk turun minum, dan ketika azan dikumandangkan dari masjid tidak tau kenapa tiba-tiba hati kang paijo bergetar kencang seperti ada sesuatu yang menghujam kencang. Singkat kata kang paijo pun bergegas menjalankan sholat asar berjamaah di masjid tersebut. Setelah sholat jamaah selesai dan dilanjut wirid, bergelitik dari dalam dada kang paijo untuk “ngadep” imam besar masjid dengan harapan mendapatkan petuah-petuah atas persoalan yang kang paijo hadapi.
Ada hal menarik yang kang paijo peroleh dari dialog singkat dengan imam besar masjid tersebut, penjelasan beliau adalah rangkuman dari keseluruhan apa yang kang paijo selama ini baca dan cari. Petuah yang disampaikan oleh imam besar ini terdiri dari dua hal, pertama adalah ilmu sabar, dan yang kedua adalah ilmu ikhlas. Mungkin bagi banyak orang hal tersebut biasa saja namun tidak bagi kang paijo. Sebagaimana penjelasan dari imam masjid bahwa kesabaran dan keihlasan adalah maklum ciptaan Allah SWT terbesar dan tidak tertandingi. Dikisahkan oleh beliau suatu ketika pada saat Allah menciptakan bumi, langit dan seisi jagad ini, malaikat bertanya kepada Allah SWT, “ya Allah apa ciptaanmu yang paling besar, maka Allah SWT menjawab. Bumi, lantas Malaikat bertanya kembali ada lagi kah ya Allah lebih besar dari Bumi, maka Allah menjawab, ada yaitu langit. Tidak selesai disitu malaikat pun bertanya kembali kepada Allah, ada lagi kah lebih tinggi dari langit, maka Allah menjawab ada yaitu api, dan malaikat semakin penasaran kemudian mengajukan pertanyaan kembali kepada Allah, diatas api ada lagi kah ya Allah, ada yaitu angin. Dari pertanyaan malaikat selalu dijawab selalu ada maka malaikat mengajukan pertanyaan pamungkas, selain ke empat ciptaanmu tadi ya Allah yang paling tinggi dan tidak tertandingi lagi apa ya Allah, maka Allah menjawab ciptaanku tertinggi dari kesemua itu adalah sabar dan Ikhlas.
Mendengar penjelasan dari Imam Besar tersebut kang paijo laksana mendapatkan air minum dingin ditengah dahaga ditengah gurun pasir. Lantas kang paijo berhenti pada dialog lantas kang paijo minta doa restu semoga penjelasan beliau mampu kang paijo laksanakan dan menjadi bekal penting untuk perjalanan selanjutnya. Setelah peristiwa itu kang paijo semakin yakin akan makna pencarian yang selama ini digeluti. Ada kajian menarik menurut kang paijo, dalam sebuah riwayat disampaikan:
اطلبوا العلم ولو بالصين ، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya: Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu sangatlah wajib atas setiap orang muslim:
Banyak kalangan berpendapat, bahwa riwayat tersebut mengambarkan akan pentinnya mencari ilmu, sehingga digambarkan sampai kenegeri China. Bagi kang paijo yang nyeleneh pendalaman riwayat tersebut patut dikaji lebih mendalam, kenapa China, kenapa tidak India, atau Eropa, atau Amerika sekalian, dan ada apa dengan cina. Berbekal pengetahuan dan suasana kebatinan yang penuh pertanyaan kang paijo berusaha mencari jawaban yang sudah tentu berbekal bimbingan hari dan kenyelenehan. Lantas kang paijo berusaha mencari literatur perihal kebudayaan china, kebiasaan orang china, kehidupan orang china, agama terbesar di china, sampai kenekatan itu berujung dengan meminjam buku kuno dari klenteng di semarang berbekal jaringan teman-teman. Singkat kata ada hal yang menurut kang paijo dapat petik dari pencarian itu, dari buku yang berjudul Taofisme, kang paijo menemukan akan ajaran kebijaksanaan, keikhlasan, kesabaran, dan budi pekerti. Mungkin yang banyak disadari orang bahwa ajaran Tao ini adalah ajaran agama Hindu, karena memang ajaran Tao ini bersumber dari pemahaman keseimbangan kehidupan alam, manusia, dan makhluk-makhluk lainnya sebagaimana kontent ajaran Budha ajarkan. Namun hal yang menarik adalah sejalan dengan petuah yang disampaikan oleh Imam besar, dan Riwayat yang disampaikan diatas, bahwa kontent dari “carilah ilmu kenegeri china” karena dipahami bahwa pusat peradaban dan keilmuan perihal kesabaran dan kebijaksanaan serta keikhlasan banyak dipelajari disana. Sehingga jamak dengan apa yang disampaikan oleh imam besar masjid tadi, dan Riwayat diatas bahwa titik puncak keimanan seseorang berada seberapa tingkatan ilmu kesabaran, keihlasan, budi pekerti, dan kemuliaan ahlak yang dimiliki seseorang.
Kemudian pencarian kang paijo tidak berhenti disitu saja, berbekal dengan pengetahuan sederhana itu, kang paijo berusaha mengejawantahkan pemikiran sampai pada ujungnya prilaku sosial masyarakat yang ada di sekitar. Dalam menjalankan tatanan kehidupan sosial yang mencerminkan sebuah kearifan, dan kebijaksanaan, serta keluruhan budi pekerti, bangsa Indonesia dikenal memiliki itu semua. Hal tersebut dikarenakan perjalanan panjang bangsa Indonesia yang bermetamorfosa selama berabad-abad lamanya, dari mulai kerajaan hindu, sampai datangnya walisongo yang menyebarkan agama Islam di bumi pertiwi kompleksitas pemahaman budi pekerti dan kebijaksanaan tertanam begitu kuatnya, dan populer kita kenal sebagai ”local wisdom” atau kearifan lokal ketimuran. Kearifan lokal inilah yang menjadi modal dasar dan fondasi yang kuat bangsa ini mengarungi masa-masanya sendiri, dan kearifan lokal ini begitu terasa mempengaruhi pola pemikiran dan kebijaksanaan dalam memahami segala sesuatunya. Terkadang kang paijo ini nyeleneh berfikir, Islam sebetulnya itu lahir dijawa atau di Arab?, pertanyaan ini bukanlah semua studi empirik yang layak untuk dijadikan perdebatan bagi banyak kalangan. Kang paijo beranggapan bahwa tanah Indonesia ini justru lebih layak dikatakan sebagai laboratorium aplikasi ajaran Islam. Umumnya kearifan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yang diajarkan Rassullah SAW ini justru lebih diaplikasikan di Indonesia, sikap toleransi, musyawarah, dan keikhlasan menjalankan “social wisdom” dan sifat-sifat arif dan bijaksana yang diajarkan Rassullah ini masih terjaga dengan baik di Indonesia, justru ditanah kelahiran Rassullah sikap kearifan dan kebijaksanaan dalam menjalankan kehidupan sosial ini belum tentu bisa di aplikasikan dengan baik seperti di Indonesia.
Itulah sekelumit cerita tentang kang paijo dan apa yang dicarinya. Ada keyakinan yang sampai saat ini, sebagai pribadi kang paijo berpegang pada idealisme kebenaran, keadilan, dan kesetaraan. Karena di depan Allah itu tidak ada yang mulia kecuali keimanan dan ketakwaan, sementara ketakwaan itu harus dicapai dengan penegakan keadilan, kebijaksanaan, serta rasa saling ”nguwongke”, yang dimana tentunya semua itu harus dijalani dengan penuh kesadaran dan keikhlasan akan penghambaan kepada Sang Haliq. Sementara dari sisi kehidupan sosial kang paijo memandang pentingnya kearifan lokal ketimuran yang harus tetap dijaga keseimbangannya, dimana hak-hak rakyat harus dipenuhi, kemiskinan harus segera diatasi, gaya kemakmuran rakyat harus dikedepankan. Dari segi kebangsaan kang paijo beranggapan bahwa pemimpin harus mampu menjadi ayah bagi anak-anaknya (rakyat-red), memiliki tangung jawab yang besar serta perhatian besar selayaknya contoh riil pola kemimpinan seperti Rassulllah terapkan, serta para sahabat nabi aplikasikan. Tidak penting negara Islam, atau aplikasi Syariat Islam, karena jauh sebelum faham-faham itu masuk ke Nusantara ini, kearifan masyarakat sudah lebih dulu menerapkan, bahwa yang patut diketahui bahwa Indonesia ini lebih Islami dibanding negeri Arab yang selama ini diagung-agungkan sebagai awal mula adanya Islam.
Sesederhana itu kang paijo berfikir, jika seluruh persoalan bangsa ini dikembalikan kepada pemahaman kepada kearifan lokal yakin kang paijo akan berhenti nyeleneh. Dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara akan memiliki keteraturan yang baik, sehingga cita-cita sebagai bangsa yang “baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur” akan segera terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H