Film Gerakan 30 September atau yang sering kita kenal dengan nama G30S/PKI sempat dilarang untuk tayang di televisi karena dianggap film tersebut banyak rekayasa pemerintahan orde baru, sehingga tidak layak tampil, meskipun sebenarnya pada waktu itu ada gerakan tersebut sehingga menewaskan jenderal yang sangat berpengaruh, dan hanya menyisakan 1 jenderal yang lolos dari maut, ketiaka pasukan Cakrabirawa menculiknya, dan berhasil meloloskan diri meskipun yang jadi korban adalah ajudannya yaitu Piere Tendean dan anaknya Ade Irma Suryani.
Pro kontra tentang film G30S/PKI masih ramai sampai sekarang, bahkan sesekali menjadi gorengan politik para tokoh politik demi mencapai tujuannya. Gerakan 30 September yang dipimpin Letkol Untung dan kawan-kawan yang berakhir di Lubang buaya yang sekarang terdapatan monumen Pancasila, dengan korban para Jendral mulai dari Jendral Ahmad Yani sampai Pierre Andreas Tendean, berdiri di Lubang Buaya sebagai saksi bisu dimana pada tanggal 30 September 1965 ada peristiwa pembunuhan para jendral dan di buang ke Lubang Buaya.
Para jendral yang tewas diberi gelar anumerta, dan mereka adalah Jendral Ahmad Yani, Letjen R. Suprapto, Letjen S. Parman, Letjen MT. Haryono, Mayjen DI. Panjaitan, Mayjen Soetoyo Siswomiharjo, Kapten Pierre Tendean dan semuanya dimasukan ke Lubang Buaya yang merupakan sumur tua memiliki diameter tergolong sempit. Jendral Abdul Haris Nasution adalah jendral satu-satunya yang tersisa karena meloloskan diri lewat benteng belakang rumah, meskipun berakhir dengan menewaskan anak kesayangannya Ade Irma Suryani yang tewas di ujung senapan pasukan Cakra Birawa ketika pasukan Cakra Birawa membabibuta di Rumah AH. Nasution.Â
Film G30S/PKI sebelum repormasi yaitu pada zaman orde baru ketika negeri ini dipimpin oleh Presiden yang ke-2 Â yaitu Soeharto, merupakan tontonan wajib setiap tahun bagi para pelajar mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan tingkat SLTA, entah kenapa film tersebut seperti diharuskan setiap tahun oleh anak-anak sekolah tanpa sensor padahal banyak adegan-adegan mengerikan di Lubang Buaya dan tidak cocok ditonton untuk anak-anak, dan Film G30S/PKI juga selalu di putari di TVRI pada tanggal 30 september malam guna memperingati hari Kesaktian Pancasila.
Film G30S/PKI awalnya diberi judul Sejarah Orde baru yang mulai diputar tahun 1985 sampai dengan 1998, setelah itu film tersebut dilarang diputar. Berdasarkan harian kompas 24 September 1998 berdasarkan keputusan menteri penerangan pada waktu itu yaitu Muhammad Yunus mengkritik atas pembuatan film tersebut yang menghabiskan biaya pembuatan film 800 juta pada saat rapat kerja anatara Menpen dan Komisi 1 DPR di Jakarta.
Film G30S/PKI kembali diputar di Televisi nasional meskipun film tersebut masih menjadi film yang pro kontra tentang isi film tersebut karena pengkultusan tokoh karena dianggap tidak sesuai lagi dengan dinamika reformasi, dan bagi mereka yang mendukung kembali tayangnya film G30S/PKI rata-rata mereka ingin mengingat bahwa pada waktu itu benar-benar ada pemberontakan musuh dalam selimut yang sering kita kenal G30S/PKI yang dipimpin oleh DN Aidit juga Letkol Untung.
Masa lalu merupakan sejarah yang wajib kita hargai sebagai cermin ketika kita melangkah kedepan, seperti halnya fil G30S/PKI merupakan gambaran suram masa lalu negeri ini dengan Gerakan 30 September sehingga menewaskan para jendral yang selalu diperingati sebagai kesaktian pancasila, dan hal tersebut merupakan cermin bagi generasi sekarang peristiwa G30S/PKI tidak bangkit kembali, meskipun film tersebut belum semuanya benar, tetapi yang perlu kita catat adalah peristiwa Gerakan 30 Sepetember benar adanya, dan merupakan catatan hitam yang tidak boleh terulang kembali.