Mohon tunggu...
Agus Kusdinar
Agus Kusdinar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Content Creator/Exclusive Writer Narativ On Loc Desa Wisata/SWJ Ambassador 2023

Banyak Menulis tentang Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola itu Permainan Bukan untuk Dimainkan

9 Agustus 2017   23:36 Diperbarui: 11 Agustus 2017   13:03 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : Pertandingan sepak bola menjelang acara 17-an

Menyaksikan sesuatu pertandingan sangatlah seru jika pertandingan itu berjalan fair, meskipun di dalam pertandingan ada tim yang di jagokan di antara dua tim yang sedang bertanding. Begitu juga sepak bola yang merupakan olahraga yang paling banyak di gemari di dunia ini dengan terbukti ukuran stadion yang besar dengan penontonnya yang terkenal selalu memenuhi tribun apalagi yang bertanding merupakan tim besar.

Bila melihat ke belakang kita pernah kecewa dengan adanya mafia-mafia sepakbola di negeri ini sehingga merusak hiburan masyarakat yang banyak penggemarnya ini. Kita pernah mengalami dan menyaksikan betapa buruknya induk organisasi sepak bola nasional sehingga adanya dua liga di negeri yaitu IPL dan ISL ketika masa itu masih di pimpin oleh Johar Aripin sebagai ketua PSSI yang menggantikan Nurdin Khalid, dampaknya waktu menyaksikan sepak bola nasional terasa hampa, karena tidak jelas arah dan tujuannya kemana.

Masih teringat kasus sepak bola gajah sampai sepak bola nasional tercoreng atas kejadian tersebut, sehingga tim tersebutdi beri sangsi atas prilakunya, tetapi sangsi tersebut tidak cukup memuaskan karena induk organisasi sepak bolanya masih tetap begitu saja tidak ada perubahan.

Sampai Imam Nachrowi menjabat Menpora, sepak bola nasional ada perhatian khusus sehingga beliau merubah segalanya, sampai-sampai sepak bola kita semapat di bekukan sehingga mendapat kecaman dari pecinta sepak bola nasional, dan akhirnya sepak bola nasional mulai aktip kembali dan struktur kepengurusannya banyak mengalami perubahan.

Kinerja wasit, panitia pertandingan, badan liga dan hal-hal lain yang menyangkut hubungannya dengan perangkat pertandingan merupakan sorotan besar jika pertandingan sepak bola di negeri ini sedang di gelar sehingga kita sebagai pencinta/penikmat/penonton sepak bola nasional harus tetap mengkritisi atas kebijakan-kebijakan yang di luar nalar sehingga menguntungkan suatu klub atau menguntungkan pihak tertentu sehingga pertandingan tidak berjalan fair, padahal sepak bola hanyalah sebuah hiburan yang menghibur sekelompok orang yang menggemari nonton sepak bola bukan tentang kalah menang, karena kalah dan menang merupakan sesuatu yang pasti di setiap pertandingan yang terpenting adalah fair dalam setiap pertandingan.

Sebuah aturan yang telah di tetapkan sebelum kompetisi berlangsung harus di pegang sebagai acuan dalam pertandingan dalam satu musim dan tidak merubah aturan di tengah kompetisi lagi berjalan misal pencabutan aturan pemain regulasi U-23 dan adanya isu wacana penghapusan sistem degaradasi di Liga 1, ini merupakan hal terasa kurang baik karena aturan tersebut di buat terkesan plin plan dan kecurigaan pihak lain adanya pesan tertentu yang memiliki kekuatan yang cukup dalam kompetisi ini berlangsung.

Sebagai penonton/penggemar sepak bola jika melihat fenomena demikian meskipun menjagokan suatu klub di pentas Liga 1, merasa hampa dalam menyaksikan sepak bola nasional karena sepak bola kita terasa di atur oleh pihak tertentu karena pihak tersebut sangat berpengaruh dalam kompetisi yang lagi berjalan sehingga bebas berbuat ketika merasa di rugikan oleh aturan, meskipun aturan itu sudah di buat dan sudah fix untuk di jalankan dalam satu musim.

Sepak bola itu adalah permainan bukan untuk di mainkan, karena indahnya permainan tergantung yang memainkan bukan untuk di mainkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun