Mohon tunggu...
Agus Kusdinar
Agus Kusdinar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Content Creator/Exclusive Writer Narativ On Loc Desa Wisata/SWJ Ambassador 2023

Banyak Menulis tentang Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna HUT RI, Belajar dari Kisah Kakek dan Nenek Penjual Bendera

28 Juli 2017   20:28 Diperbarui: 28 Juli 2017   21:50 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang peringatan HUT RI yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, kita suka melihat pemandangan yang unik yaitu para pedagang musiman di pinggir-pinggir jalan yang menjual berbagai jenis bendera guna untuk memenuhi konsumen dalam memperingati Hari Ulang Tahun Republik Republik Indonesia (HUT RI).

Sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Garut yang bernama Kecamatan Leles, di sana merupakan pusat Home Industri sekaligus penjual Bendera sampai dengan umbul-umbul yang menyebar tiap tahun ke pelosok negeri, yang telah berlangsung cukup lama mereka rata-rata pergi dalam menjalankan usahanya sebulan sebelum hari peringatan republik ini yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.

Sebuah wilayah yang merupakan pusat home industri bendera dan sejenisnya sekaligus wilayah tempat para pedagang bendera tiap musim menjelang 17-an (HUT RI yang jatuh pada tanggal 17 Agustus) merupakan penghasilan rutin tiap tahunnya yang memiliki keuntungan yang cukup menjajikan, apalagi  massa-massa lalu ketika persaingan para pedagang bendera yang menyebar ke pelosok negeri ini belum ramai seperti sekarang ini. 

dokpri
dokpri
Para pedagang bendera merah putih yang berasal dari wilayah kecamatan Leles (Garut), menyebar ke tiap daerah/propinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Timur sampai dengan Kalimantan, mungkin ada sebagian yang sampai ke Papua namun penulis belum mengetahui inpormasinya. Sekedar berjualan bendera menjelang peringatan HUT RI, merupakan sebuah profesi tahunan yang cukup menjajikan bagi masyarakat yang berada di sekitar kecamatan Leles, karena setelah selesai perjuangannya dalam menjajakan dagangannya mereka memiliki keuntungan yang cukup lumayan, kadang ada yang sampai mampu membeli kendaraan dan sebagainya, adapun sebagian dari mereka ada yang merugi dalam usahaya sebagai pedagang bendera tahunan yang menyebar ke berbagai wilayah di negeri ini.

Kontrakan tempat menginap mereka, dan siang hari mereka membuka lapaknya di pinggir jalan merupakan aktipitas sehari-hari ketika lagi berjualan dengan harga bervariatip mulai dari bendera ukuran kecil sampai dengan besar, mereka jual dengan harga yang telah di kalkulasikan sebelumnya supaya hasil penjualannya tidak lepas dari modal, karena mereka ada yang menggunakan modal sendiri (Barang sendiri) ada juga yang sekedar menjual punya orang lain dan bisa di sebut mereka punya bos lagi, jadi setiap pulang dari berjualan bendera mereka harus setor kepada yang punya barang.

screenshot
screenshot
Belakangan ini kita menemukan inpormasi yang ramai dari media tentang sosok dua sejoli  yang telah memiliki umur yang bisa di bilang Kakek dan Nenek yang berasal dari kecamatan Leles (Garut) yang cukup gigih berjuang mengadu nasib berjualan bendera di pinggir jalan menggunakan tenda, dan sempat di posting di Fanspage Kang Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta) dan dagangannya di borong olehnya melalui temannya. Kakek dan Nenek di ketahui bernama Salimin dan Ocih ini selanjutnya di antar pulang ke tempat tinggalnya di Leles (Kabupaten Garut).

Perjuangan mereka untuk mengais rezeki di tempat lain merupakan pelajaran bagi kita supaya hidup ini harus memanfaatkan kesempatan dan peluang, apalagi bagi kita yang memiliki usia tergolong muda supaya jangan malas-malas untuk bekerja selama kesempatan itu ada, seperti halnya kakek Saimin dan Nenek Ocih yang mencari nafkah sebagai pedagang bendera tahunan yang masih tetap semangat untuk tidak bermalas-malas untuk mencari nafkah apalgi sampai meminta-minta. 

Kita bisa mengambil makna peringatan HUT RI yang ke-72 yang jatuh pada tanggal 17 Agustus dengan perjuangan Kakek Saimin dan Nenek Ocih sebagai penjual bendera meskipun usia yang sudah di bilang udzur tetapi semangatnya yang membara, seperti halnya para pahlawan negeri ini sampai terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun