'Nembe di Blongkeng to mas?' sebuah pesan masuk dari Suminar, salah satu mantan mahasiswa bimbinganku. Agaknya dia melihat unggahan story Instagramku.
'iya,' jawabku pendek.
'nginep neng ndi mas?' tanyanya lagi
'neng hotel antartika' jawabku
'mangke bar maghrib saya tak ke situ ya mas?' tanyanya.
'lho kowe neng kene to saiki?' tanyaku
'nggih, nanti saya ke situ' tutupnya
Benar saja, habis sholat maghrib, saya turun ke Lobby, dan di sana sudah ada si Suminar yang segera memamerkan senyum khasnya, mrenges full, yang menampakkan seluruh giginya begitu melihatku. Seperti biasa pula, dia langsung ngajak.
'ayo mas, metu, mangan,' ajaknya tanpa wigah-wigih, lugas. Masih sama seperti beberapa tahun lalu.
'yo, ayoh, manut,' jawabku. Pada dasarnya aku juga sudah lapar.
Kami lantas jalan kaki ke sebuah resto, sepanjang jalan dia bercerita petualangannya cari kerja, ngelamar, diterima, bosan, cari lagi, kerja lagi, tidak cocok ideologinya, keluar lagi. Ndaptar lagi, ketrima lagi.