Mohon tunggu...
Agus Indy.
Agus Indy. Mohon Tunggu... Dosen - Antropolog Blajaran

Saya seorang pendongeng yang suka menulis cerita-cerita etnografi yang ringan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Referensi

25 Desember 2024   20:38 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:38 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Referensi

Aku yakin bahwa yang namanya referensi itu adalah tradisi Eropa yang diarahkan untuk menjalankan administrasi yang efektif. Dengan adanya referensi orang bisa lebih cepat dan hemat ketika melakukan penilaian atau memberikan pelayanan administrasi. Misalnya untuk mendaftar sekolah tinggi lanjutan, universitas tidak perlu melakukan tes atau asesmen individual. Pendaftar hanya diminta menyertakan referensi dari bekas dosennya, atasannya, atau yang lain yang memberikan gambaran kemampuan si kandidat. Tentu saja yang dimintai referensi adalah orang-orang yang prominen dan kompeten, sehingga pendapatnya pun terpercaya untuk dijadikan pertimbangan. Tujuannya jelas, efektifitas.

Dalam proses itu dokumen menjadi komponen penting. Itulah kenapa di Belanda semua serba minta dokumen, ketika itu ditunjukkan ya sudah. Jalan. Tapi kalo tidak ada, ngeyelo seperti apa, paling hanya didengarkan dan ujungnya si officer bilang 'helas....', sorry. Artinya kita harus membuat afsprak baru atau penjadwalan baru. Harus meluangkan waktu lagi.

Menyadari itu, anda semua pasti bisa membayangkan betapa byayakannya aku ketika jumat sore kemarin menyadari bahwa surat panggilan untuk dibawa ke rumah sakit hari Senin pagi tertinggal di kampus. Apalagi kemudian sadar bahwa hari itu adalah hari terakhir kampus buka. Mulai sabtu kampus akan fully tutup sampai tahun depan. Maka aku tanpa sempat istirahat segera lari ke kampus, mengingat itu sudah jam hampir jam 19.00, dan kantor tutup jam 20.00. Aku lari sipat kuping, gak terasa lagi bahwa saat itu gerimis dan duingin. Jarak hampir 2 km itu kutempuh hanya 11 menit. Langsung ke ruang, eh lha kok gak ada. Kepalaku berpikir cepat, oh iya aku ingat surat itu ada di ruang kerja temanku. Ya sudah.

Sambil berjalan gontai pulang, aku berpikir untuk mengajukan penjadwalan ulang. Terus, sampai rumah kok ada ide yang Indonesia banget yaitu model nggabrul saja, pakai surat yang lama dan pura-pura bodoh wekekekeke.

Niat itu semakin kuat ketika melihat nomer referensi dari dua surat sebelumnya kok sama.

Dan, senin pagi uthuk2, aku melangkah ke rumah sakit. Dalam remang pagi, di sepanjang jalan aku berdoa dan bersholawat. Sampai di resepsionis, aku bilang masnya yang jaga, 'mas, saya punya afsprak jam setengah 10' kataku sambil ngasih paspor. Otakku sudah mikir argumentasi pakai bahasa Inggris.

Eh lha kok, setelah ngecek paspor dan klak-klik, lalu 'silakan tunggu di 2B ya pak' Aku menduga dia hanya mencocokkan nomer referensi dan nama. Agaknya mereka sudah dapat referensi dari GGD kalo yang namanya ini akan datang jam sekian.

Singkat cerita, aku dirontgen. Gak lebih 10 menit selesai.

Cuma, masalahnya kok di kampung kita yang namanya referensi itu jadinya kok kayak memanfaatkan privilege untuk mendapatkan peluang. Jadinya kayak nitip, ke orang di dalam sana yang menentukan hasil seleksi. Karena dalam sistem kita kalo gak punya orang dalam sudah kalah satu set kita. Kalau tidak punya orang dalam, ya kita harus punya orang yang punya 'kuasa'.

Praktik ini sudah menjalar kemana-mana dan beroperasi secara informal. Saya pikir sebenarnya inilah induk dari pungli dan korupsi, ketika referensi itu 'dimainkan' dan dimaknai secara informal untuk mesin penggerak administrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun