Mohon tunggu...
Agus Holid
Agus Holid Mohon Tunggu... Buruh - Author

Love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gemuruh Hujan, Memahami Diri di Tengah Riuhnya Kehidupan

21 November 2024   01:41 Diperbarui: 21 November 2024   01:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Derasnya hujan menghalangi jarak pandang(foto:faydoh04)

Dalam kehidupan yang penuh dengan gemuruh dan hiruk-pikuk, hujan seringkali menjadi metafora yang sempurna untuk melambangkan dinamika yang ada dalam diri dan sekitar kita. Dalam hal ini makna hujan sebagai penutup kalbu dan bagaimana kita bisa memahami diri di tengah riuhnya kehidupan sehari-hari.

Hujan, sebuah fenomena alam yang sederhana namun penuh dengan makna dalam kehidupan kita. Saat tetes-tetes air mulai jatuh dari langit, mereka membawa sebuah pesan yang dalam dan misterius. Gemuruh hujan yang menggema seolah menutupi kalbu kita, memberikan kesempatan bagi kita untuk merenung dan introspeksi.

Dalam kesibukan dan kegaduhan dunia modern, seringkali kita terbawa arus dan kehilangan diri. Hujan yang turun dengan gemuruhnya mengingatkan kita untuk melambat, mendengarkan, dan merenung. Seperti hujan yang membersihkan tanah dari debu dan kotoran, kita juga diajak untuk membersihkan hati dan pikiran dari segala beban yang membelenggu.

Terkadang, dalam kesenduan hujan yang melanda, kita menemukan kedamaian yang sulit didapat di tengah keramaian hidup. Suara gemuruh yang menyatu dengan detak jantung kita, menciptakan sebuah harmoni yang menenangkan. Seperti itulah kehidupan seharusnya, sebuah gabungan antara hiruk pikuk dan kedamaian, antara gemuruh dan keheningan.

Hujan juga mengajarkan kita tentang keberanian dan ketabahan. Meskipun gemuruhnya kadang membuat kita gemetar, tetapi setelah hujan reda, mentari akan kembali bersinar. Begitu pula dengan kehidupan, setiap kesulitan pasti akan diikuti dengan kebahagiaan. Kita perlu belajar untuk bersabar dan percaya bahwa setiap hujan pasti akan berlalu.

Warga meninggalkan motor ditepi jalan karena jarak pandang terhalang hujan/neduh(foto: faydoh05)
Warga meninggalkan motor ditepi jalan karena jarak pandang terhalang hujan/neduh(foto: faydoh05)


Jadi, ketika hujan turun dengan gemuruhnya dan menutupi kalbu kita, janganlah takut. Gunakan momen tersebut untuk merenung, menguatkan diri, dan mencari makna dalam setiap tetes air yang jatuh. Seperti pepatah mengatakan, "Setelah hujan, pasti akan ada pelangi." 

Menjadi bijaklah dalam menghadapi hujan-hujan kehidupan, dan percayalah bahwa di balik setiap gemuruh pasti ada keindahan yang menanti. Semoga kita semua bisa belajar menjadi lebih kuat dan bijaksana di tengah gemuruhnya kehidupan.(a.holid/srg)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun