Mohon tunggu...
Dr. Agus Hermanto
Dr. Agus Hermanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum Keluarga Islam

Dr. Agus Hermanto adalah dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Lampung, selain itu juga aktif menulis buku, jurnal, dan opini. Penulis juga aktif di bidang kajian moderasi beragama, gender dan beberapa kajian kontemporer lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Dalam Berpoligami

24 November 2024   13:40 Diperbarui: 24 November 2024   14:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seni Dalam Berpoligami

Dr. Agus Hermanto, MHI

 

Kajian hukum keluarga, terutama hukum perkawinan kerap kali menjadi kajian yang selalu kontemporer, mengingat bahwa setiap kita pasti memiliki tujuan yang mulia yaitu untuk membina keluarga yang sakinah. Dalam kajian tentang kreteria memilih pasangan, Rasulullah SAW bersabda,

Artinya: "Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung." (HR Bukhari).

Empat kreteria memilih pasangan ini kerap menjadi acuan bagi mereka yang ingin mewujudkan keluarga sakinah. Mengingat bahwa menikah adalah perintah Allah dan sunah Rasulullah, sehingga agama adalah pedoman utama yang harus ditaati. Lalu kemudian harta, bahwa orang yang melangsungkan pernikahan membutuhkan nafkah, sehingga penting kiranya nafkah dipikirkan sebagai bahan pertimbangan. Keturunan juga merupakan jejak perjalanan calon pasangan yang akan dipilih, sehingga nasab menjadi penting untuk dijadikan pertimbangan, karena mental, karakter dan juga spiritual seseorang akan kerap diwarnai oleh orang tuanya. Begitu juga wajah molek atau tampan adalah hal yang tidak dipungkiri oleh setiap orang yang ingin menikah, mengingat bahwa ketenangan hati akan juga dapat terwujud manakala pasangan hidup yang mendampingi senantiasa enak dipandang.

Dalam konteks poligami, empat kreteria tersebut kerap kali tidak menjadi kreteria yang diprioritaskan, namun kerap kali bahwa poligami dilakukan dengan seni dan strategi. Justru dalam berpoligami seni dan strategi merupakan hal yang paling utama, sebagai bukti bahwa banyak orang yang sukses dalam poligami karena ia memiliki seni dalam melangsungkan pola ini. Setelah seni, harta merupakan kreteria kedua, disusul dengan kekuasaan, wajah, dan nasab.

Realitanya, banyak orang melakukan poligami, bukan karena kaya, punya kekuasaan, punya nasab mulia, punya wajah tampan, melainkan justru mereka punya keberanian dan punya seni dalam berkomunikasi kepada lawan jenisnya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki keberanian, akan kesulitan melakukan hal tersebut, meskipun kesempatan untuk melakukannya sangatlah luas.

Laki-laki adalah makhluk yang aktif, sehingga umpan balik perempuan kerap kali menjadi faktor penentu yang akan menyebabkan terjadinya poligami. Mengapa agama bukan merupakan faktor utama dalam poligami, karena banyak orang yang alim dan ahli agama namun tidak poligami, namun sebaiknya orang yang punya keberanian sehingga jiwa seni komunikasi yang ada pada dirinya menimbulkan banyaknya strategi yang membuat perempuan simpati padanya, bukan karena harta, kekuasaan, nasab bahkan ketampanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun