Berganti Waktu
Waktu terus bergulir ibarat nafas yang berhembus yang tidak akan pernah terhembus dua kali, artinya detik ini bernafas, maka tidak akan terhembus pada detik setelahnya, begitulah waktu terus bergulir, seperti jarum jam yang terus berjalan dan tiada berhenti dan terulang kembali.
Maka Allah berfirman dalam Al Qura'n, "Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran".
Betapa pentingnya waktu, hingga Allah berjanji dalam Al Qur'an, betapa meruginya ketika manusia dikatakan rugi oleh sang Pencipta yang menguasai alam semesta ini. Namun Allah juga memberikan beberapa golongan orang yang beruntung, yaitu orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Iman adalah modal seseorang dapat beramal sholeh, karena dengan modal iman, seseorang akan mampu melakukan amal Shaleh, dan tanpa adanya iman, maka tidak akan mungkin seseorang melakukan amal Shaleh.
Yang menjadi catatan kedua adalah manusia digolongkan orang yang beruntung manakala selalu menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran.
Ingat, bahwa manusia adalah kata yang disadur dari kata nasia, yansa, yang berarti lupa, dan manusia diciptakan sebagai makhluk pelupa, maka mamusia haruslah senantiasa menjadi orang yang beriman dan beramal soleh setiap waktu, akan menjadi orang yang bertaqwa. Karena manusia kerap lupa, hingga kita memiliki suatu kewajiban untuk saling mengingatkan agar kita senantiasa menjadi orang yang baik, benar dan selalu sabar menghadapi setiap bergulir nya waktu dan tantangan hidup.
Iman seseorang juga tidak akan istiqomah, namun terkadang bertambah dan turun, bertambah dengan ketakwaan dan berkurang dengan kemaksiatan. Karena manusia selalu dalam kelalaian, hingga terkadang juga terjerumus dalam kemaksiatan, hingga imannya berkurang dan amalnya senantiasa merosot. Agar keimanan tetap istiqomah, maka harus saling mengingatkan.Â
Maka Al Imam Hasan Al Basri mengatakan, "Seorang hamba akan senantiasa menjadi orang baik, apabila selalu ada nasehat pada dirinya, dan selalu melakukan introspeksi diri". Jika kita sebagai hamba pilihan Allah, kita akan mudah menjadi motivasi pada diri sendiri karena sugesti kita sangatlah kuat, namun jika tidak maka kita harus banyak mencari asupan agar adanya nasehat yang hadir pada kita, hingga kita tetap istiqomah dalam keimanan dan amal Shaleh.
Pertanyaannya, mengapa manusia harus saling mengingatkan?
Seorang yang baik pada saat ini, hingga ia menasehati saudaranya dalam kebaikan dan kesabaran, bisa jadi esok atau lusa ia juga butuh diingatkan dan dinasehati oleh orang lain. Maka Imam Al Syafi'i berkata, "Waktu seperti pedang, apabila tidak dihunuskan, maka akan menghunus dirinya sendiri".
Bayangkan, ketika dalam peperangan dan lawan berada di hadapan kita, dalam hitungan detik adalah penentu manang atau kalah, hingga kita memiliki kesempatan untuk membunuh musuh, lalu kita abaikan, maka dalam detik itulah musuh yang akan membunuh kita atas kelalaian kita.