Orang Tua Solutif
Dr. Agus Hermanto
Pengasuh Pendidikan Islam Al Faruq
Sebelum menjadi orang tua, sejatinya ayah atau ibu juga pernah mengalami menjadi anak, dan pernah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya, jejak perjalanan ayah atau ibu saat kita menjadi anak-anak akan sangat melekat pada diri kita sebagai orang tua, mulai dari keseharian mereka, tingkah laku mereka, bahkan bagaimana mereka mendidik kita saat kita kecil.
Masa tidaklah akan dapat berulang, begitu juga kebahagiaan atau kekecewaan pada masa kecil tidak akan pernah berulang. Apa yang kita dapatkan pada masa kecil kita adalah satu potret yang terekam pada pikiran kita, sehingga akan berimbas pada generasi kita.
Seorang anak yang pada masa kecilnya selalu didiskriminasikan atau tidak pernah diberi penghargaan oleh kedua orang tuanya akan senantiasa melakukan hal yang sama pada anak-anak mereka. Orang tua yang senantiasa mendapatkan hidup layak pada masa kecilnya akan juga senantiasa melakukan  hal yang sama kepada anak-anak mereka.
Sebagi orang tua harus senantiasa solutif dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya, mengayomi, dan menjadi konselor bagi anak-anaknya. Banyak ditemukan sikap orang tua yang tidak solutif kepada anak-anak mereka, ia tidak sadar jika masa itu senantiasa berubah, sehingga ia ingin melakukan hal yang sama seperti yang pernah ia alami pada masa lalu saat ia kecil.
Ketika anak usul atau berpendapat, ia merasa tersinggung dan merasa bahwa anaknya protes, padahal tidak, dan dia sedang mengekspresikan atas apa yang pernah orang tuanya lakukan kepadanya pada masa kecil. Ketika anaknya banyak tanya, tanpa ia dengarkan, melainkan langsung ia bentak, ia sedang mengekspresikan atas apa yang pernah dilakukan oleh orang tuanya pada masa kecil.
Wahai ayah dan ibu, penting pendidikan itu bagi kita, meskipun menghilangkan mental block kita dan jejak memori kita pada masa kecil sangatlah sulit, namun kita harus senantiasa berusaha untuk melakukan yang terbaik pada anak-anak kita, agar mereka tidak mendapat pendidikan rumah yang tidak layak, hingga ia tidak merasakan kenyamanan pada masa kecilnya.
Orang tua adalah madrasah pertama sebelum anak masuk sekolah, dan orang tua menjadi potret atas keberhasilan dan kegagalan anaknya. Coba pikiran, saat anak kita minta uang sekolah, lalu kita berikan ia uang Rp. 2000,- lalu si anak bertutur pada Ibunya, bahwa kawan-kawannya diberi uang saku oleh orang tuanya Rp. 10.000,- sebagai orang tua jangan langsung emosi dan memarahinya dengan mengatakan bahwa dulu saat sekolah orang tuanya memberi uang saku juga lebih kecil.
Ayah, ibu harus sadar bahwa masa telah berlalu, coba kita ajak diskusi anak kita, dan kita kasih pengertian, misalnya, sampaikan pada anak kita bahwa uang saku dari ayah dan ibu cukup hanya Rp. 2000,- tapi ayah dan ibu senantiasa memberikan makanan yang sehat di luar sekolah, ayah dan ibu memberikan waktu untuk kursus keahlian yang juga membayar, sehingga anak tidak terfokus pada sikap orang tua yang keras dan tidak mau memikirkan anak, jika orang tua langsung emosi dan mengatakan hal yang sama seperti pada saat orang tua nya dulu mengajarinya. Wallahualam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H