Â
Pendahuluan
Sebagai pendatang di Bekasi, saya sering merasa bingung dengan istilah-istilah yang digunakan oleh teman-teman asli daerah ini. Kadang, saya hanya bisa menebak-nebak artinya atau bahkan salah memahami maksud mereka.Â
Hingga suatu hari, sebuah buku menarik perhatian saya: "Kamus Dialek Bekasi, Dilengkapi Dengan Pantun Bekasi" karya Abdul Khoir HS. dan kawan-kawan, diterbitkan oleh Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi (BKMB Bhagasasi) pada tahun 2010. Buku ini diterbitkan melalui dana hibah Pemerintah Kabupaten Bekasi dan memiliki ISBN 979-9251-48-6.
Sebagai seseorang yang penasaran dengan budaya lokal, saya langsung tertarik untuk membaca buku ini. Ternyata isinya selain tentang kamus istilah, terdapat juga sederetan pantun lucu yang menggambarkan kehidupan masyarakat Bekasi. Pengalaman dengan membaca buku ini benar-benar menghibur dan menambah wawasan baru.
Menelaah Arti di Balik Kata-Kata Unik
Salah satu hal menarik dari buku ini adalah istilah-istilah unik dalam dialek Bekasi. Misalnya:
- Uler berarti ulat, ula berarti ular. Pada awalnya saya mengira teman saya yang memperingatkan saya untuk tidak mendekati sebuah pohon karena menurut dia "banyak ulernya," saya beranggapan di pohon tersebut terdapat ular berbisa. Ternyata maksudnya pada pohon tersebut banyak ulat bulunya, sedangkan ular mereka menyebutnya dengan sebutan ula.
- Cetom berarti makan lahap.
Pada sebuah kesempatan saya kena canda seorang teman orang Bekasi karena menurutnya saya cetom, saya menafsirkan cetom berarti berisik. Setelah saya membaca kamus ini, saya baru faham kalau teman saya menganggap saya makannya lahap ketika saya makan sambil mengobrol.
Selain dua kata di atas masih banyak kisah yang akhirnya saya mengerti kondisi sebenarnya setelah membaca Kamus Dialek Bahasa Bekasi ini, seperti: Abong berarti masa iya, pu'un berarti pohon dan masih banyak lagi.