Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pengalaman Pertama Menjadi Seorang Ayah

11 Desember 2024   08:45 Diperbarui: 14 Desember 2024   08:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Ayah dan anak. (Freepik/jcomp)

Pendahuluan

Ketika anak pertama saya lahir, saya mengalami perasaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Ada kebahagiaan yang luar biasa, namun juga muncul rasa tidak percaya dan keraguan pada diri sendiri. 

Bagaimana tidak, saya tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan bahwa saya kini seorang ayah bagi seorang bayi kecil yang begitu rapuh tapi penuh harapan. Apakah perasaan ini yang disebut sebagai "Daddy Blues"? Saya tidak tahu pasti, tetapi yang jelas, momen itu mengubah cara pandang saya tentang kehidupan.

Momen Awal yang Mengubah Hidup

Saat istri saya hamil, saya mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Mulai dari kebutuhan bayi, proses kelahiran, hingga memilih nama untuk anak kami. 

Saya pikir saya sudah siap menghadapi momen besar ini tapi, ketika bayi kami lahir realitas terasa begitu berbeda. Saya mencemaskan banyak hal. 

Apakah anak saya akan memiliki kondisi fisik yang baik? Apakah ia akan mewarisi hal-hal baik dari saya? Pikiran-pikiran itu terus menghantui saya.

Saya masih ingat satu momen yang tidak pernah saya lupakan, ketika saya pertama kali menggenggam tangan mungilnya. Rasa tanggung jawab yang besar tiba-tiba menyeruak disertai tekad untuk menjadi ayah yang terbaik bagi anak saya, momen itu menjadi titik awal perjalanan penuh makna.

Ketika Kecemasan Luntur

Seiring waktu, kecemasan itu mulai luntur. Anak saya tumbuh dengan caranya sendiri, dan saya menyadari sebuah kenyataan yang dalam bahwa setiap insan dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun