Pendahuluan
Ketika anak pertama saya lahir, saya mengalami perasaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Ada kebahagiaan yang luar biasa, namun juga muncul rasa tidak percaya dan keraguan pada diri sendiri.Â
Bagaimana tidak, saya tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan bahwa saya kini seorang ayah bagi seorang bayi kecil yang begitu rapuh tapi penuh harapan. Apakah perasaan ini yang disebut sebagai "Daddy Blues"? Saya tidak tahu pasti, tetapi yang jelas, momen itu mengubah cara pandang saya tentang kehidupan.
Momen Awal yang Mengubah Hidup
Saat istri saya hamil, saya mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Mulai dari kebutuhan bayi, proses kelahiran, hingga memilih nama untuk anak kami.Â
Saya pikir saya sudah siap menghadapi momen besar ini tapi, ketika bayi kami lahir realitas terasa begitu berbeda. Saya mencemaskan banyak hal.Â
Apakah anak saya akan memiliki kondisi fisik yang baik? Apakah ia akan mewarisi hal-hal baik dari saya? Pikiran-pikiran itu terus menghantui saya.
Saya masih ingat satu momen yang tidak pernah saya lupakan, ketika saya pertama kali menggenggam tangan mungilnya. Rasa tanggung jawab yang besar tiba-tiba menyeruak disertai tekad untuk menjadi ayah yang terbaik bagi anak saya, momen itu menjadi titik awal perjalanan penuh makna.
Ketika Kecemasan Luntur
Seiring waktu, kecemasan itu mulai luntur. Anak saya tumbuh dengan caranya sendiri, dan saya menyadari sebuah kenyataan yang dalam bahwa setiap insan dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya.Â