Pendahuluan
Malam itu langit mulai gelap, angin membawa dingin yang menusuk tulang. Di rumah nenekku di sebuah kampung kecil di Jawa Barat, suara jangkrik memecah keheningan.Â
Kami semua berkerumun di dekat tungku kayu, mendengarkan cerita nenek. "Hati-hati kalau keluar rumah waktu magrib," katanya, suara tuanya penuh peringatan. "Kelong suka berkeliaran waktu-waktu begini."
Sebagai anak kecil, aku hanya membayangkannya sesosok makhluk dengan mata terbelalak. Imajinasi tentang perempuan bersayap besar yang terbang dan menculik anak-anak, mulai mengisi pikiranku. Itu cerita pertama yang kudengar tentang Kelong Wewe, makhluk menyeramkan yang diyakini masyarakat kampungku.
Ketika Kelong Wewe Muncul di Tengah Mitos
Kelong Wewe, begitu orang-orang menyebutnya, adalah makhluk halus yang konon suka berkeliaran menjelang malam. Katanya, ia menyerupai perempuan dengan wajah mengerikan, memiliki sayap besar seperti kalong kelelawar raksasa yang sering menggantung di pohon tinggi di kampungku. "Jangan sampai dirawu Kelong," begitu pesan orang tua kepada anak-anak mereka.
Aku masih ingat cerita Pak Sudra tetangga kami, tentang anaknya yang hilang ketika bermain di sawah saat senja. Pencarian pun dilakukan, melibatkan seluruh warga kampung. Akhirnya anak itu ditemukan duduk di atas pohon besar, matanya kosong seperti kehilangan jiwa. "Itu kerjaannya Kelong," ujar Pak Aca sambil berkunyam do'a.
Sebagai anak kecil, cerita-cerita ini cukup untuk membuatku patuh pulang sebelum magrib. Tapi, semakin aku dewasa, aku mulai bertanya-tanya: apakah Kelong benar-benar ada, atau ini hanya cerita untuk menakut-nakuti?
Kisah Wewe Gombel: Versi Lain yang Mengejutkan