Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Resensi "Don't Move": Perjuangan Hidup di Tengah Teror Psikopat

30 Oktober 2024   03:35 Diperbarui: 30 Oktober 2024   07:54 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Screenshot akun Netflix

Keahlian Akting dan Dinamika Karakter

Kesuksesan Don't Move banyak bergantung pada kemampuan dua pemeran utamanya. Kesley Asbille berhasil menggambarkan rentetan emosi dari keputusasaan, ketakutan, hingga naluri bertahan hidup yang tiba-tiba menyala ketika dia menyadari keinginan untuk hidup kembali di bawah ancaman nyata. 

Finn Wittrock juga memerankan sosok Richard dengan penuh intensitas, memperlihatkan sisi psikopat yang tenang namun mematikan. Keahliannya dalam memanipulasi korban di sekitarnya serta ketidakpeduliannya terhadap nyawa manusia menambah nuansa ketegangan dan kengerian sepanjang film.

Kesederhanaan Setting, Keberhasilan dalam Kengerian

Menariknya, Don't Move berhasil menciptakan atmosfer menakutkan dengan setting sederhana. Hanya menggunakan hutan sebagai latar, film ini tidak perlu menggunakan efek visual berlebihan atau adegan aksi mahal. Justru, suasana sunyi, kesepian, dan keputusasaan yang terasa dari hutan memperkuat ketegangan. 

Elemen thriller psikologis yang dieksplorasi dengan baik menciptakan dinamika yang kuat antara dua karakter utama. Tanpa perlu banyak karakter tambahan, film ini menyampaikan pesan bahwa terkadang kengerian terbesar ada dalam pikiran dan ketidakberdayaan kita sendiri.

Pesan Filosofis di Balik Thriller

Film ini memperlihatkan pertarungan fisik dan psikis antara korban dan psikopat. Don't Move juga membawa kita pada sebuah renungan yang lebih dalam mengenai perjuangan hidup. Bagi Iris, yang pada awalnya ingin mengakhiri hidupnya, kondisi putus asa ini justru membuatnya menemukan kembali keinginan untuk bertahan hidup. 

Ironisnya, niatnya untuk menyerah pada hidup malah membuatnya berjuang mati-matian untuk menyelamatkan diri. Ada paradoks kuat dalam perubahan emosi Iris ini, yang membuat alur cerita tidak hanya menarik secara psikologis tetapi juga filosofis.

Penyutradaraan dan Sinematografi yang Memikat

Keberhasilan film ini terletak pada cerita dan pemerannya, juga penyutradaraan dan sinematografi yang menghadirkan ketegangan begitu mencekam. Pengambilan gambar close up yang memperjelas kondisi psikis, serta latar di tengah hutan yang sepi, berhasil menciptakan suasana mencekam tanpa banyak dialog. Pengaturan dan penempatan karakter dan sudut pandang kamera yang sering kali sempit membantu menambah atmosfer ketakutan, seolah-olah setiap detik adalah detik terakhir bagi Iris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun