Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Persahabatan Tanpa Batas: Pelajaran dari Putra Mahkota dan Budak dalam Uprising

16 Oktober 2024   07:01 Diperbarui: 16 Oktober 2024   07:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshot akun Netflix (dokpri)

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang film ini, saya ingin mengingatkan bahwa ulasan ini akan mengungkap beberapa detail penting dari alur cerita. Jika Anda belum menonton film ini dan ingin menikmatinya tanpa bocoran, saya sarankan untuk menonton terlebih dahulu sebelum melanjutkan ulasan ini.

Film Uprising menceritakan kisah tragis tentang persahabatan antara seorang putra mahkota dengan budaknya yang mengalami perpecahan akibat kesalahpahaman. Hubungan dekat yang mereka bangun sejak kecil hancur ketika sang putra mahkota merasa dikhianati, memendam dendam yang akhirnya memaksa keduanya untuk bertarung sebagai musuh. 

Ironisnya di saat-saat terakhir hidupnya, putra mahkota baru menyadari bahwa sahabatnya tidak seperti yang ia pikirkan. Melalui kisah ini, film mengangkat tema-tema penting tentang hubungan antarmanusia yang melampaui sekat-sekat status sosial dan menggambarkan bagaimana kesetiaan dan pengorbanan dapat menghapus stereotip kelas yang selama ini membatasi manusia.  

Relevansi Persahabatan Lintas Status Sosial

Di masa Dinasti Joseon seperti pada masyarakat feodal lainnya, stratifikasi sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Hubungan antara bangsawan dan budak sejatinya seperti tuan dan budak beliannya, bahkan kesalahan yang dilakukan anak tuannya harus ditebus hukuman fisik pada budaknya persahabatan sejati jarang terjadi dalam kehidupan nyata karena norma-norma sosial yang ketat. 

Namun, Uprising menunjukkan bagaimana kedekatan batin yang tulus dapat menembus batas-batas tersebut. Sang budak berperan sebagai pengikut setia sekaligus sebagai sahabat sejati bagi putra mahkota, karena pada dasarnya masing-masing manusia memiliki kekurangan dan kelebihanndalam hal ini sang budak memiliki keahlian dalam bertarung dan mereka biasa berlatih besama sehingga keduanya menjadi ahli pedang yang tangguh.

Persahabatan tidak mengenal batas status sosial sesuatu yang masih relevan hingga kini, dalam kehidupan modern kita masih menghadapi bentuk-bentuk baru ketidaksetaraan sosial, seperti perbedaan kelas ekonomi atau status pekerjaan. 

Kesetiaan dan Pengorbanan dalam Konflik

Konflik dalam Uprising mencapai puncaknya ketika kesalahpahaman memaksa dua sahabat ini untuk bertarung sebagai musuh. Meskipun putra mahkota awalnya kembali terikat pada kewajiban dan kehormatan sebagai bangsawan karena prasangka buruknya, akhirnya dia menyadari bahwa nilai sejati terletak pada kesetiaan dan persahabatan. 

Dalam situasi konflik, pengorbanan menjadi modal utama untuk sebuah persahabatan. Pengorbanan tidak selalu berarti menyerahkan nyawa, tetapi bisa juga berupa melepaskan ego dan rasa superioritas.

Menghapus Stereotip melalui Kedekatan Batin

Film ini menggarisbawahi bahwa kedekatan emosional memiliki kekuatan untuk menghapus stereotip. Dalam cerita sang budak dan putra mahkota awalnya dipisahkan oleh norma sosial, tetapi interaksi dan pengalaman bersama memungkinkan mereka melihat satu sama lain sebagai manusia yang sederajat bahkan saling membela.

Pesan ini sejalan dengan nilai-nilai kesetaraan dan empati yang sangat dibutuhkan di dunia saat ini. Dalam konteks modern, mengembangkan kedekatan dengan mereka yang berbeda latar belakang memungkinkan kita memahami perbedaan dengan cara yang lebih manusiawi.

Dalam konteks sosial dan politik modern, pesan ini sangat relevan. Banyak konflik di dunia terjadi karena perbedaan kelas atau identitas, dan rekonsiliasi membutuhkan kemampuan untuk melepaskan keinginan untuk mendominasi.

Kesimpulan

Film Uprising menceritakan kisah persahabatan lintas status sosial dan kesetiaan di tengah konflik. Hubungan antara budak dan putra mahkota menunjukkan bahwa manusia dapat melampaui norma dan stereotip sosial ketika kedekatan batin dan kesetiaan menjadi dasar sebuah hubungan persahabatan. 

Dalam kehidupan sehari-hari prasangka dan stereotip hanya dapat diatasi dengan hubungan yang tulus dan penuh empati, baik dalam konteks personal maupun sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun