Melihat permainan Indonesia vs. Bahrain, Kamis 10 Oktober 2024 jam 23:00 WIB s.d. Selesai yang berakhir dengan skor seri (2-2), saya teringat dengan gaya permainan Kroasia kala menundukan Jerman (0-3) yang digelar di Perancis. Kroasia menundukan Tim Panser di laga perempat final Piala Dunia 1998 di Perancis.
Saya ingat betul waktu itu Davor Suker dan kawan-kawan berpesta mengalahkan Jerman dengan skor telak, kemenangan ini adalah salah satu momen bersejarah bagi Kroasia, yang kemudian mencapai posisi ketiga di turnamen tersebut dengan mengalahkan Belanda (2-1).
Kala itu Kroasia bermain dengan penuh trik yang sangat rewel, kena senggol dikit langsung berguling-guling seperti merasa sangat kesakitan. Ya pada intinya mereka mengulur waktu dan mengintimidasi mental lawan, disamping memang mereka juga punya kemampuan skill yang tidak bisa dianggap remeh.
Kalau kita hubungkan dengan permainan Indonesia vs. Bahrain, Kamis 10 Oktober 2024. Timnas Bahrain gaya permainannya saya lihat sangat mirip gaya main Kroasia, hal ini tidak aneh karena pelatih mereka Dragan Talajic adalah mantan pemain Kroasia.
Tapi yang mencolok buat saya, permainan ini menjadi sangat kontras dengan menghadirkan tipe wasit yang sama rewelnya. Wasit Ahmed Al Kaf adalah tipe wasit yang sangat royal dengan kartu kuning dan peluit pelanggaran, hal ini sangat kontras dengan gaya permainan Bahrain.
Hal yang paling mencolok Wasit Ahmed Al Kaf seakan mengabaikan waktu pertandingan injury time dari 6 menit sampai berjalan 9 menitan. Jumlah tambahan waktu itu juga jadi bahan pertanyaan lantaran Al Kaf juga tak terlalu banyak menghentikan pertandingan, lamanya waktu berjalan justru menguntungkan Bahrain yang kemudian mencetak gol menyamakan kedudukan.
Seiring berjalannya waktu, semakin jelas bahwa Bahrain mengadopsi taktik dan pendekatan yang sangat mirip dengan gaya Kroasia pada era Piala Dunia 1998. Salah satu strategi yang terlihat nyata adalah kemampuan mereka untuk bermain cerdik dengan memanfaatkan momen-momen krusial untuk menekan lawan secara mental.Â
Teknik penguasaan bola dan penundaan waktu yang digunakan dengan baik menjadi cara efektif untuk mematahkan ritme permainan Indonesia.
Namun, yang patut menjadi perhatian utama adalah peran wasit dalam pertandingan ini. Wasit Ahmed Al Kaf, yang dikenal sebagai wasit yang sering kali tegas dalam memberikan kartu dan pelanggaran, seakan memberi celah bagi Bahrain untuk terus memainkan taktik pengulur waktu. Di berbagai kesempatan, keputusan-keputusan yang dibuat oleh Al Kaf tampak condong memberikan keuntungan bagi tim tuan rumah.
Puncak dari kontroversi ini adalah tambahan waktu yang diberikan pada akhir babak kedua. Dari total 6 menit yang dijanjikan, waktu terus berjalan hingga hampir 9 menit, memberikan kesempatan bagi Bahrain untuk membangun serangan yang berujung pada gol penyeimbang. Banyak pihak yang mempertanyakan keputusan ini, mengingat waktu tambahan tidak sebanding dengan lamanya penghentian pertandingan selama babak kedua berlangsung.