Mendengar Ridwan Kamil (Kang Emil) selaku orang Jawa Barat tentu sudah tidak asing lagi, tetapi sebelumnya saya tidak tahu menahu tentang sosok ini. Perhatian saya tertuju pada sosok Ridwan Kamil (Kang Emil) beberapa tahun silam ketika di rumah orang tua saya melihat sebuah Undangan Pernikahan dari Keluarga Besar Ponpes Pagelaran III di Cisalak-Subang-Jabar, disana tertera turut mengundang Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat).
Saya penasaran dan bertanya pada alm. Ibu saya, "Mak, apa hubungannya Ridwan Kamil dengan Ponpes Pagelaran III?". Ibu saya menjawab pendek menjelaskan bahwa Ridwan Kamil adalah cucunya pendiriri Ponpes tersebut, dari situ saya mulai tertarik dengan sosoknya karena memang alm. KH. Muhyiddin (Mama Pagelaran/pendiri Ponpes Pagelaran) adalah seorang kyai pada masanya yang banyak menyebarkan ilmunya di daerah sekitar sampai masuk pelosok-pelosok.
Sehingga daerah kami yang notabene daerah dengan banyak pondok pesantren hampir semua ilmunya berasal dan berguru pada Mama Pagelaran, dan murid-muridnya tersebut membuka pondok pesantren di daerahnya masing-masing sampai sekarang.
Belum lama ini saya kembali tertarik dengan keputusan Ridwan Kamil untuk ikut bertarung menjadi Gubernur Jakarta, ada beberapa catatan tentang programnya sendainya dia terpilih memimpin Jakarta:
1. Menanam pohon;
2. Membangun hunian di jantung kota Jakarta;
3. Mengelola tingkat setres penduduk Jakarta;
4. Menjadikan Kepulauan Seribu sebagai destinasi wisata;
5. Meneruskan program Gubernur sebelumnya;
Dan dalam sebuah podcast dia mengaku setidaknya punya 70 program inti jika dia terpilih sebagai Gubernur Jakarta, dan ada pertanyaan yang sangat menyentil pada podcast tersebut yang katanya mewakili pertanyaan para netizen: "Bagaimana sikap Kang Emil tentang Persija dan Jack Mania?"
Aha... kita tahu Bobotoh dan Jack Mania itu adalah musuh bebuyutan yang sulit didamaikan, bahkan banyak pengalaman pribadi mobil saya jadi sasaran bullying di jalanan area kota Bandung dan sekitarnya cuma karena mobil saya letter B. Aneh memang saya yang asli orang Sunda dimusuhi ketika kedua kubu itu harus bertemu, bahkan keluarga saya di Bandung melarang saya melewati kawasan tertentu demi menjaga keamanan dari kebencian massa hanya karena mobil saya letter B.