Belasan tahun membina anak-anak Sispala (Siswa Pecinta Alam) adalah pengalaman yang penuh warna, kadang mendebarkan, seringkali mengharukan, tetapi selalu bermakna.
Di tengah alam liar, mereka berani mengambil keputusan yang tampak nekat tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Bagi mereka, dunia adalah arena petualangan yang harus ditaklukkan.
Namun, sering kali, mereka baru menyadari risiko besar setelah sesuatu yang buruk terjadi. Itulah ciri khas jiwa muda berani, penuh semangat, tetapi minim pengalaman.
Selama bertahun-tahun menemani mereka dalam ekspedisi di hutan, gunung, dan sungai, saya semakin mudah mengenali karakter mereka yang sesungguhnya.
Di bawah tekanan lingkungan yang kadang mencekam serta kelelahan fisik yang luar biasa, sisi sejati dari kepribadian mereka kerap muncul ke permukaan.Â
Di situlah saya menyaksikan bagaimana jiwa muda ini berjuang menemukan identitasnya, sering kali melalui proses yang penuh tantangan dan risiko.
Ada beberapa poin yang dapat diambil dari pengalaman bertahun-tahun tersebut, di antaranya:
1. Keputusan Saat Terdesak:
Anak-anak Sispala cenderung mengambil keputusan tanpa perhitungan matang ketika terjebak dalam situasi mendesak. Mereka berani bertindak, kadang terkesan nekad, baru sadar ketika hal buruk menimpa mereka.
Ini adalah bagian dari proses pencarian jati diri, di mana mereka sedang belajar memahami batasan diri dan lingkungannya.