Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Balik Senyuman

12 April 2024   00:58 Diperbarui: 22 Juli 2024   21:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dokpri

Di sudut kerumunan alun-alun yang ramai, di tengah hiruk-pikuk orang-oang berlalu-lalang, terdapat seorang laki-laki separuh baya yang bernama Rudi. Dengan mainan-mainan yang dibuatnya sendiri menggunakan bahan apa adanya, Rudi berdiri setiap hari, berharap untuk dapat menjual barang mainannya demi sesuap nasi, meskipun pelanggan datang begitu jarang.

Di balik topeng senyumannya yang kerap kali dipaksakan, Rudi menyimpan beban yang berat di pundaknya. Dia adalah seorang duda yang telah kehilangan istrinya dalam sebuah kecelakaan tragis beberapa tahun yang lalu. Kehilangan itu meninggalkan Rudi dalam kesendirian untuk membesarkan putrinya yang masih kecil.

Mainan yang Rudi jual adalah simbol dari kesepian dan kehilangan yang dia rasakan. Dia sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan gerobaknya, mengingat kenangan manis dengan istrinya dan berharap bahwa dia masih ada di sini bersamanya.

Meskipun dia berjuang untuk bertahan hidup, bisnis Rudi semakin merosot karena persaingan dari toko-toko mainan besar di sekitarnya. Pelanggan yang biasa datang sekarang hanya menjadi kenangan, akhirnya dia berjalan dan menjajakan mainannya ke setiap sudut keramaian dan Rudi harus berjuang setiap hari untuk mencari nafkah untuk diri dan putrinya.

Dalam kesendirian dan keputusasaan, Rudi terus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi putrinya. Dia mengorbankan makan malam untuk dirinya sendiri demi memastikan bahwa putrinya memiliki makanan yang cukup. Dia menahan tangisannya setiap kali putrinya bertanya tentang ibunya, mencoba yang terbaik untuk menjaga semangatnya tetap hidup.

Dalam kesunyian malam, Rudi kadang-kadang duduk sendirian di depan gerobak mainannya, uraian air mata jatuh ke tanah. Dia merasa terpaku dan tak berguna, tapi dalam hatinya, dia tetap memegang harapan bahwa suatu hari nanti, kehidupannya akan berubah menjadi lebih baik. Dia adalah simbol keberanian dan ketekunan di tengah badai kehidupan yang tak terduga.

Dan, suatu hari, kehidupan Rudi mengalami pukulan yang mematikan. Ketika ia sedang berjalan pulang dari pasar, Rudi terlibat dalam kecelakaan mobil yang mengerikan. Dia dilarikan ke rumah sakit dengan luka-luka parah, sementara putrinya menunggu di rumah dengan kekhawatiran yang mendalam.

Dan meskipun Rudi harus berpisah dengan putrinya, dia meninggalkan warisan yang tak ternilai, yaitu contoh kekuatan, ketekunan, dan cinta seorang ayah yang akan dikenang selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun