film "Air Mata di Ujung Sajadah" seandainya saya tidak mendengar sendiri kisah serupa dari seorang kawan berkebangsaan Malaysia. Mohon maaf seandainya Kak Iza menemukan tulisan ini bukan maksud mengungkit luka lama, tapi setidaknya saya menjadi benar-benar ikut merasakan.
Saya mungkin tak akan selarut ini menontonBaiklah kejadian true storynya seperti ini:
Beberapa tahun yang lalu saat saya masih suka main game online seorang teman main game berkebangsaan Malaysia datang ke Bandung dan mengundang saya bersama keluarga menemuinya.Â
Saya pun memenuhi undangannya ditemani anak dan istri di sebuah hotel (lupa namanya). Saya sedikit heran melihat penampilan Kak Iza ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.
Bagaimana tidak di flatform game dia begitu tegas dan beringas melibas semua gamer dari berbagai negara, semua tidak ada yang berkutik karena Akane (nama akun game) adalah karakter yang disegani dan bertengger dipapan atas peringkat server game pada waktu itu.
Pas ketemu saat itu ternyata dia seorang perempuan lembut dan cantik, mengenakan jilbab dan kebaya khas Malaysia, saya dan istri pun terheran-heran. Lalu kami bercengkrama dan berkeliling sekitar Jalan Braga.
Saya bertanya alasan dia suka main game? Jawabnya adalah melupakan kehadiran seorang anak yang sehari-hari diasuhnya dari bayi tapi pas lagi senang-senangnya menikmati kebersamaan orangtua kandungnya berubah pikiran dan mengambil paksa anak tersebut.
Saat itu saya tidak begitu dapat merasakan apa yang dituturkannya ya sekedar tahu saja.
Tapi setelah saya nonton film "Air Mata di Ujung Sajadah" barulah saya benar-benar larut dan haru, baru sadar seperti itulah yang dirasakan Kak Iza. Saya lihat sekarang Kak Iza sudah menemukan kesibukan lain semoga sehat selalu aamiin Alloh yra.
Sekarang mari kita bahas filmnya, ini dia identitas filmnya:
Aqilla (Titi Kamal) baru tahu saat ibunya sakit keras dan memanggilnya pulang ke Indonesia, ibunya berterus terang bahwa anak Aqila masih hidup dan ditipkan pada Arif (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana) di kota Solo dengan alasan demi kemandirian Aqilla bersekolah di Eropa setelah melahirkan anak dari pernikahan tanpa restu ibunya bersama laki-laki yatim piatu yang akhirnya juga harus meninggal karena kecelakaan.