[caption id="" align="aligncenter" width="565" caption="Foto: http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/ISTANA-negara-jalan-medan-merdeka.jpg"][/caption]
Melihat situasi dan kondisi kotornya lingkungan sisa-sisa dari peradaban manusia terbelatak sampah yang tidak ada habisnya hingga menambah beban petugas kebersihan, melihat cara kerjanya selalu berhadapan dengan kotoran, aroma busuk bahkan kotoran manusiapun dihadapinya. Sangat mulia sekali petugas kebersihan dilingkungan kita, bayangkan bila tidak ada petugas kebersihan, mungkin lingkungan kita menjadi gundukan sampah yang akan menggunung dan menimbulkan beberapa Virus penyakit, seperti Diare, Ispa, Demam Berdarah, penyakit kulit dan banyak lagi yang lainnya, petugas kebersihan dilingkungan amatlah mulia, rela pakaiannya kotor, basah dengan cairan bau busuk, kita harus berterimakasih dengan petugas kebersihan dilingkungan kita.
Disadari atau tidak kita bagian dari pada penyumbang kotoran dilingkungan kita, jika hujan dan banjir sampah menjadi basah, setelah mongering sampah mulai mengeluarkan bau busukm petugas sampah tidak malu dan geli untuk membersihkannya dan kita hanya bias melihat dan memerintah petugas kebersihan sambil berucap ; “Pak tolong bersihkan sampah yang ada dipojok rumah”. Namun kita terkadang lupa dengan kondisi kesehatan petugas kebersihan, kita jarang menanyakan kesehatannya, apalagi meanyakan soal kondisi ekonominya. Sangat miris jika kita hidup bermasyarakat tidak memanusiakan manusia, sangat miris jika kita tidak memperhatikan kesehatannya, petugas kebersihan rela kotor demi kebersihan dilingkungan kita. Pernahkah kita memperhatikan hembusan nafas petugasa kebersihan?
Hasil diskusi kita dengan petugas kebersihan, bahwa petugas kebersihan memiliki pendapatan Rp. 100.000 /Bulan, yang setiap harinya petugas kebersihan mengangkut Satu gerobak penuh dan disetorkan ke Velbak atau penampungan sampah pertama dilingkungan, dan setiba di Velbak, petugas kebersihan harus membayar Rp.5000 /gerobak, dan keluh kesah petugas kebersihan jika ada warga yang berbaik hati satu hari ada yg memberikan uang, maka tertutuplah biaya membayar sampah /gerobak di velbak tersebut, namun sebaliknya, jika masyarakat tidak ada yang memberikan Uang, maka bisa dikatakan hutang oleh petugas kebersihan di Velbak, kalo mau Gratis mungkin petugas kebersihan harus menunggu lama karna antrian, bahkan dibiarkan begitu saja sampai petugas kebersihan menuang sendiri isi sampah dari gerobaknya, yang seharusnya dinas kebersihan dari pemerintah daerah harus melayani dan saling menghormati serta jalin pengertian.
Selain itu, ternyata petugas kebersihan hanya dibayar gaji /Bulan Rp.100.000 sangat ironis sekali mendengarnya dan menurut pendapat kita semua di tahun 2013 zaman yang serba mahal cukup untuk apa penghasilan Rp.100.000/bulan, mungkin untuk beli perlengkapan mandi dan perlengkapan mencuci pakaian saja itu sangatlah kurang, bagaimana untuk mencapai dan memenuhi kehidupan yang lainnya, kelaparan sudah jelas mengintainya, penyakit sudah pasti menghitung hari.
Kita semua pasti heran, mari kita hitung-hitungan pendapatan pajak perbulan dari iuran sampah yang dipunguti oleh pejabat Rukun Tetangga (RT) dilingkungan kita; perbulan masyarakat setiap rumah dimintakan Iuran Sampah sebesar Rp.4000 kita hitung kisaran perwilayah Rumah Tangga sebanyak 40 Rumah, jika 4000 x 40 = Rp.160.000, lalu yang menjadi pertanyaan kemana uang Rp.60.000 teresebut? Apakah pajak yang masuk ke Kas Kepengurusan Rukun Tetangga (RT) atau?
Mari kita kritisi dan bertanya secara sekasama para pejabat Rukun Tetangga (RT), Pengurus RT, mendapatkan Biaya Oprasional (BOP) Rp.2.500.000,- pertiga bulan, kita berpendapat, jika BOP pertiga bulan disisihkan untuk petugas kebersihan sebanyak Rp.300.000 saya yakin, petugas kebersihan merasa diringankan beban hidupnya.
Tidak selesai disitu, terkadang pengurus Rukun Tetangga (RT) sedikit yang benar-benar menjalankan tugas dalam menjaga kerukunan warga dilingkungannya, tidak memperhatikan pendidikan, kesehatan serta kesejahteraan warga dilingkungannya. Yang seharusnya tugas dari pada pengurus RT adalah kepanjangan tangan dari pemerintah yang mampu bekerja sama dengan pemerintah satu tingkat diatasnya, melalui pendataan jumalah keluarga miskin, pengangguran, manusia lanjut usia, pendataan jumlah anak putus sekolah, pendataan anak-anak yatim piatu, yang nantinya data tersebut menjadi sebuah laporan penting kepemerintah satu tingkat diatasnya, agar pemerintah diatasnya memikirkan serta mencari solusi dalam menyeslesaikan persoalan-persoalan yang terjadi pada warganya.
Semua itu tidak berjalan dengan baik, sehingga kehidupan masyarakatpun jauh dari cita-cita yang ber-Kerukun-nan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H